TW // Phobia. Nyctophobia. Phobia terhadap kegelapan.
Warning: Yang memiliki Phobia dianjurkan untuk tidak membaca narasi ini.
Nata meletakan ponselnya di atas kasur kemudian merebahkan diri disebelahnya. Ia mencoba menutup mata seperti yang disarankan Zaffran. Sekarang sudah pukul 9 lebih 30 menit Zaffran belum juga pulang. Dia semakin khawatir di tambah lagi seharian ini listrik di komplek nya sempat mati dua kali saat pagi dan sore, ia hanya takut saja saat malam listrik kembali mati lagi. Pasalnya Nata itu phobia gelap, dia tidak bisa berada di tempat gelap dan dikegelapan tubuhnya akan merespon berlebihan saat dirinya berada ditempat gelap seperti mendapat sebuah ancaman.
Nata meraih lagi ponselnya untuk mengecek jam sudah jam 9 lebih 45 menit artinya 15 menit sudah ia habiskan untuk rebahan tapi tak kunjung tertidur. Dia melihat layar hapenya dilihatnya presentase baterai hapenya yang tinggal 10% itu, kemudian beranjak lah dia dari tidurnya dan meraih charger yang ada di nakas sebelahnya. Saat hendak mencolokkan kabel charger ke ponselnya tiba-tiba
Klik
Ruangan seketika gelap. Listrik padam untuk yang ketiga kalinya pada hari ini. Nata terlonjak kaget dan buru-buru menutup mata. Ia masih berusaha tenang kemudian menyalakan ponselnya untuk mencari cahaya lalu secepat kilat menghubungi Zaffran agar suaminya itu lekas pulang sekarang juga.
Ia menyalakan flashlight ponselnya sesuai dengan saran Zaffran dan menarik dan menghembuskan nafasmya pelan mencoba menetralisir perasaannya agar tidak kalut.
Di dalam hati dia terus saja merapalkan kata 'tenang Nata, pasti bisa sebentar lagi Mas Zaffran pulang' guna untuk mensugestikan dirinya bahwa dia akan baik-baik saja.
Dilihatnya lagi benda kotak pipih yang ada di tangannya, baterainya terus menurun saat ini sudah 9%. Dia menaruh ponsel itu di sebelahnya secara telungkup agar cahaya flash dari ponselnya bisa menerangi kamar petak ini, flash sangatlah membantu Nata untuk bisa melihat tiap sudut kamarnya dengan jelas.
“Mas Zaffran lama banget”
Dia celingukan melihat tiap sudut kamarnya yang remang-remang itu. Kulitnya mulai merinding melihat sekitar kemudian menarik nafasnya nya pelan menetralisir rasa takutnya.
5 menit kemudian flashlight yang ada di ponselnya tiba-tiba mati, membuat ruangan kamar Nata kembali gelap, tak ada cahaya. Nata terlonjak lagi, kali ini jantungnya mulai berdegup di atas normal. Dia meraih ponselnya, memencet layarnya terus menerus. jemarinya mulai bergetar, namun layar kotak itu tak kunjung memberikan cahaya. Baterainya habis, handphonenya ternyata mati.
Perasaannya mulai tak karuan, tangan dan kakinya semakin bergetar, Nata mencoba menarik nafasnya lagi dan menghembuskannya namun nihil, degupan jantungnya malah semakin kencang tak beraturan. Keringat dingin mulai bercucuran di dahi Nata. Dia memejamkan matanya lagi, tak terasa air matanya kini jatuh membasahi pipinya.
“Mas” mulutnya bergetar memanggil-manggil Zaffran.
“Hhh M-mas Zaffran b-belum pulang~ hks” Nata kembali terisak, nafasnya tercekat dan sakit luar biasa, perutnya mual luar biasa, kepalanya terasa berputar pening, keringat dingin kini semakin membanjiri tubuhnya.
Tangannya nencengkram selimut di samping kanan kirinya, isakannya semakin kuat kini berubah menjadi raungan dan teriakan. Nata kini benar-benar ketakutan dia tidak bisa mengontrol tubuhnya sendiri.
“M-MAS ZAFFRANN PULANGGG”
“M-maas a-aku takutt huhuu”
“Hhhh Mas hks hks aku takut bangett hks”
Isakannya memenuhi seluruh ruang kotak ini. Dia membawa kepalanya menunduk, menenggelamkan di kedua tangannya yang bertumpu di kedua lututnya yang tertekuk. Dia masih menangis.
Cklek
Zaffran buru-buru melepas sabuk pengamannya sesaat setelah ia sampai di pekarangan rumahnya. Ia melihat sekeliling komplek yang gelap tak ada cahaya rupa memang benar terjadi pemadaman listrik lagi malam ini. Dia langsung berlari mengingat Nata yang berada di dalam sendirian dengan kegelapan. Dengan cepat dia membuka pintu rumah utamanya dan berlari ke lantai dua menuju kamar Nata.
Masih setengah perjanannya menaiki tangga rumah itu, Zaffran sudah mendengar dengan jelas tangisan dan teriakan Nata yang memanggil namanya. Ia semakin mempercepat langkahnya dan berlari menuju pintu kamar Nata.
Cklek
Zaffran membuka kamar Nata melihat perempuannya dengan kondisi berantakan sedang menenggelamkan wajahnya di kedua tangan di atas lututnya.
Hatinya nencelos, buru-buru dia menyalakan flash yang ada di ponselnya dan menghampiri Nata.
“Nat”
Si perempuan menoleh saat setelah menyadari ada sebuah cahaya yang masuk ke kamarnya. Dia melihat Zaffran dengan air mata yang bercucuran dan keringat yang membasahi dahi dan lehernya.
“M-mass” bibirnya bergetar memanggil namanya. Dengan sigap Zafran meraih tubuh Nata kedalam pelukannya. Memeluk tubuh mungil Nata dengan erat dan menciumi puncak kepalanya memeberikan ketenangan.
“Heii, tenang ya aku disini Nat” ucap Zaffran lembut, tangannya mengusap punggung Nata menyakurkan ketenangan untuknya. Nata semakin terisak di dalam pelukan sang suami. Tangisannya semakin kerasa bersamaan dengan kedua tangannya yang mencengkram kemeja Zaffran dengan erat pula.
“M-mas aku takut hks banget hks” di sela-sela tangisannya Nata mengatakan perasaannya dengan suara yang teredam dada Zaffran. Zaffran semakin mengeratkan tangannya dipundak Nata, membawa perempuannya masuk lebih dalam lagi ke pelukannya.
“Ssttt gak usah takut ada aku disini, kamu aman sekarang Nat”
Cukup lama Nata terisak di dalam dekapan Zaffran. Dengan sabar Zaffran mencoba memberi ketenangan dan kenyamanan untuk Nata, dia terus mengelus punggung Nata dan menciumi puncak kepala Nata, terkadang mengeratkan dekapannya menyalurkan cinta kasihnya untuk sang puan.
Klik
Lampu kembali menyala, memberikan cahaya ke seluruh suduh ruang kotak ini. Nata yang tersadar melepas pelukan Zaffran dan memerhatikan sekitar, matanya lalu tertuju pada sosok didepannya. Isakannya masih terdengar dari sisa-sisa tangisannya.
Zaffran yang melihat kondisi Nata yang berantakan itu kemudian mengusap lembut pipi Nata dengan kedua tangannya. Lalu kemudian merapikan rambut Nata yang menutupi wajah dan matanya.
“You okay?” Tanyanya pelan. Yang ditanya mengangguk lemah.
“lampunya udah nyala. Sekarang mending kamu tidur yuk, udah mau tengah malem” Ucap Zaffran lembut, kedua tangannya meraih pundak Nata dan membaringkan badan mungil itu dikasurnya. Nata meraih tangan Zaffran untuk di genggamnya.
“Jangan kemana-mana”
“Aku gak akan kemana-mana Nat, aku disini”
“Beneran ya jangan kemana-mana”
Zaffran tersenyum lalu mengusap kepala Nata lagi “Iya, enggak kemana-mana”
“Tidur disini aja” Nata bergumama pelan menatap mata Zaffran yangbsaat ini terdiam, seperskeian detik kemudian yang ditatap memberikan senyum tulusnya lagi.
“Iya” lalu ikut membaringkan tubuhnya di space kosong di samping Nata. Entah sadar atau tidak Nata membalikan badannya dan meraih pinggang Zaffran lalu memeluknya lagi, menenggelamkan kepalanya di dada bidang milik Zaffran.
Zaffran seketika terdiam melihat perlakuan Nata padanya. Cukup Lama dia tidak membalas pelukan Nata, sampai akhirnya Nata menggerakan badannya untuk memeluk dirinya semakin erat dan mencari posisi ternyamannya, Zaffran lalu membalas pelukan Nata, memeluk sang puan dari samping dan kini mereka kembali berpelukkan dengan posisi berbaring.
“Nat”
“Hm” Nata bergumam pelan dengan mata tertutup. Zaffran masih terdiam tidak melanjutkan kata-katanya.
“Aku sayang kamu” sampai akhirnya kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Zaffran, diam-diam Nata tersenyum mendengar itu lalu kembali mengeratkan pelukannya.
“Aku juga”
“Entah apapun yang terjadi kedepannya. Aku bakal tetep sayang kamu. Kamu harus inget itu ya”
Tidak ada balasan lagi dari Nata yang ada hanya nafas teratur dan tenang yang keluar dari hidung Nata dan mata nya yang saat ini terkatup sangat tenang, Nata tertidur di pelukan Zaffran.
Mulai detik ini, Zaffran kembali lagi berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap menjaga dan melindungi perempuannya dalam hal apapun, sekalipun hal itu membahayakan dirinya sendiri.
; markablee