Peran
Cklek
“Memesss”
Sesaat setelah Nata membukakan pintu utama rumahnya untuk Ajeng, dia berseru ketika melihat Ajeng berdiri di balik pintu dengan kedua tangannya yang penuh dengan plastik makanan pesanan Nata.
Ajeng tersenyum melihat sahabatnya, kemudian membalas pelukan Nata dengan kedua tangan yang, kesusahan.
“udah ah ribet nih gue” Nata sesaat melepaskan pelukannya dan menggandeng Ajeng masuk kedalam rumahnya.
“kamar gue ya” Ajeng menganggung menuruti permintaan Nata dan melangkahkan kakinya menuju kamar Nata di lantai dua.
“eh Mas” “hei, udah dateng Ajengnya?” “huum, aku ke atas dulu yaa” “okey, have fun”
Mereka berapapasan dengan Zaffran yang akan turun menuju dapur untuk mengambil minum di kulkas. Mereka berdua saling menatap diam selama sepersekian detik, tatapan tajam mereka beradu. Ajeng lebih dulu melepaskan tatapannya dari Zaffran dan memutar bola matanya jengah. Kemudian mempercepat langkahnya didepan Nata dan tanpa sadar menyeret Nata untuk mengikuti langkahnya.
“sakit apa sih lo? Keliatannya sehat-sehat aja tuh” celetuk Ajeng dan di hadiahi lemparan kentang goreng oleh Nata.
“masih lemes gini, gue demam. Semalem mati lampu, Phobia gue jadi kambuh”
Raut muka Ajeng berubah jadi khawatir kedua tangannya meraih kedua pipi Nata dan memperhatikan mukanya, telapak tangannya menyentuh dahi Nata “masih agak anget sih”
Nata menepis tangan Ajeng dari pipinya dan mendengus sebal “emang gue keliatannya kayak sehat tapi inside my body so lemes” jawab Nata berlebihan kemudian menjatuhkan kepalanya di pundak Ajeng yang langsung di tahan oleh tangan ajeng.
“ishh”
“lebay lo, nih makan mcd nya” Nata meraih bungkusan plastik makanan cepat saji pesanannya dan mengambil es krim terlebih dahulu
“makan dulu, es krimnya entar”
Ajeng mengambil es krim dari tangan Nata yang dihadiahi oleh dengusan dan tatapan sebal dari Nata. Tangannya kini mengambil sebungkus kentang goreng dam burger keju kesukaannya.
“suami lo baik-baik sama lo kan?” Nata mengangguk semangat dengan mulut dipenuhi oleh roti dan kentang.
“dia jagain gue semaleman sampe gak tidur” dia menelan makanannya dan kembali bercerita.
“bagus deh” ucap Ajeng pelan namun masih bisa didengar oleh Nata.
“dia perhatian banget Jeng sama gue. Gue cuma demam gini dia bela-belain gak ngantor cuma buat jagain gue. Gue ngerasa amat dicintai kalo gini hehehe”
Nata bercerita panjang lebar dan Ajeng masih setia mendengarkan celotehan sahabatnya ini. Sungguh sangat berbeda dengan pertama kali Ajeng mendengar cerita Nata di awal saat dia masih belum menerima Zaffran sebagai suaminya, kali ini Nata menceritakan Zaffran dengan mata berbinar dan raut wajah bahagia.
Ajeng tercenung. Di satu sisi dia senang melihat sahabatnya ini bahagia tapi di sisi lain dia sangat khawatir kepada Nata, takut sekali sesuatu datang menyakitinya dan merenggut kebahagiaan Nata.
“kayaknya gue udah mulai terbiasa hidup sama dia” Nata kembali bercerita, Ajeng berdehem pelan menetralkan perasaannya.
“udah cinta lo sama dia?”
“bukannya gue emang cinta ya sama dia?”
Ajeng mengguk lemah, dia sunggingkan senyum sedikit di bibirnya sambil menatap Nata
bahagia terus ya Nat, lo orang baik. Gak pantes disakiti”
Nata menghentikan acara makanya dan menatap Ajeng haru. “iihh tumben amat lo soft gini, gue jadi mellow”
“lebay lo ah”
“kalo ada yg nyakitin gue, kan ada lo yang berdiri paling depan buat lindungi gue”
Ajeng seketika terdiam mendengar jawaban Nata, kemudian dia meraih ponsel nya dan mengetikan sesuatu di sana. Lalu berdiri dari duduknya sambil membawa ponselnya.
“gue ambilin air ya ke bawah”
Nata mengangguk setuju “sekalian jus jeruk nya ya Jeng” pesannya kemudian diangguki oleh Ajeng, lalu berlalu pergi keluar dari kamar Nata meninggalkannya sendirian.
Ajeng melangkahkan kakinya menuruni anak tangga rumah Nata dan Zaffran menuju dapur. Langkahnya terhenti seketika saat melihat Zaffran sedang duduk di ruang keluarga rumah itu. Zaffran menatap Ajeng datar. Ajeng menghela nafas jengah lalu dengan kode menyuruh Zaffran mengikuti nya ke arah dapur, dan berjalan mendahului laki-laki itu. Dengan langkah malas Zaffran mengikuti Ajeng menuju dapur.
Ajeng menghentikan langkahnya didepan kitchen set kemudian membalikan badannya menghadap laki-laki yang sedari tadi mengekorinya dengan jarak satu meter di belakangnya.
“titipan Kav” Ajeng mengadahkan tangannya sambil menatap Zaffran tak minat.
Laki-laki itu tidak langsung menuruti permintaan Ajeng, dia berjalan mendekat ke arah Ajeng dan menatap perempuan itu dengan datar.
“apa yang Kav titipin ke gue buat lo?”
“bukan urusan lo, gak perlu tau”
“gue tau, sangat tau”
“kalo udah tau kenapa nanya!”
Ajeng membalas dengan nada jengkel dan sedikit di naikan dari sebelumnya. Sungguh, dia merasa dia tidak ingin lama-lama berurusan dengan laki-laki itu.
“lo korbanin sahabat lo sendiri cuma buat benda sialan ini?” Zaffran menatap Ajeng datar, tangannya mengangkat sebuah plastik-plastik klip kecil berisi tablet dan bubuk putih yang di bungkus sesuai ukuran dan takarannya.
Ajeng kembali memutar matanya, malas meladeni celotehan Zaffran “lo sendiri?” balasnya.
“gak usah sok menjadi orang baik ketika lo sendiri sama brengsek nya kayak gue”
*“dan lo, gak usah sok tau. Mending lo sekarang jalanin peran lo dengan baik di depan Nata. Jadi suami yang baik buat dia*” Ajeng menekankan kata 'suami' di tengah perkataannya. Zaffran melemparkan plastik-plastik itu di kitchen bar dengan kasar.
“gak perlu lo kasih tau. Gue udah tau apa yang harus gue lakuin”
Ajeng memungut plastik-plastik itu dan menaruh nya di saku celananya kemudian berjalan ke arah kulkas mengambil air mineral dan jus jeruk pesanan Nata.
“oh, satu lagi”
“jauhin Nata dari keluarga lo”
; markablee