What's Your Motive?
cw // mature content
Tidak ada yang benar-benar dapat Vallerie lakukan saat berada di rumah sendirian. Sudah terhitung empat malam ia habiskan hanya untuk menunggu Haidan pulang ke rumah. Gadis itu bukan tidak memiliki kesibukan sendiri di luar rumah, Vallerie masih kerap bolak-balik pergi ke pengadilan untuk menghadiri sidang atau hanya bertemu dengan para kliennya, gadis itu masih memiliki kesibukan sendiri alih-alih hanya menunggu Haidan pulang. Vallerie bahkan tidak bisa bertemu Haidan di kantor sekalipun. Kesibukan Haidan seakan mengalahkan sibuknya presiden negeri ini.
Bukan tanpa sebab Vallerie merajuk pada Haidan ketika lelaki itu meminta izin untuk lembur dan pulang larut. Vallerie hanya tidak suka sendirian –setidaknya setelah menikah– gadis itu sudah terbiasa dengan keberadaan Haidan di dekatnya. Tak jarang Vallerie kerap memeluk erat Haidan tiap pagi, hanya untuk menahan lelaki itu agar tidak bangkit dari tempat tidur, sebab Vallerie tahu betul Haidan akan kembali pulang telat dan berakhir tidak memberi waktu lebih untuk Vallerie. Vallerie tidak suka itu. Vallerie tidak suka Haidan sibuk.
Malam ini pun masih sama dengan empat malam sebelumnya, itu berarti sudah terhitung lima hari Haidan menghabiskan sebagian besar waktunya di kantor dan mengabaikan Vallerie. Gadis itu mendengus kesal menatap layar ponselnya, pesannya tidak dibalas oleh Haidan. Maka ia lucuti semua pakaian yang menempel pada tubuhnya dan meraih bathrobe di lemarinya.
Vallerie menyalakan mode diam pada ponselnya lalu memutar lagu Ariana keras-keras. Moodnya Sedang tidak baik malam ini, dan Vallerie butuh Ariana untuk menghiburnya. Gadis itu kemudian melenggang keluar menuju pantry untuk mengambil satu botol wine beserta gelasnya. Suara merdu Ariana dan sebotol wine adalah perpaduan yang pas untuk meningkatkan mood Vallerie malam ini.
Setelahnya, Vallerie melangkah memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, gadis itu meredupkan cahaya lampu kamar mandi dan menyalakan beberapa lilin aromaterapi. Kucuran air yang berasal dari kran mengisi bathtub hingga terisi setengah.
Alunan musik khas Ariana melantunkan Good Night And Go memenuhi satu kotak ruangan kecil yang temaram itu. Vallerie menjatuhkan tubuhnya ke dalam bathtub yang sudah terisi air dan menyandarkan kepalanya sambil memejam. Rasanya sangat nyaman ketika kulitnya merasakan hangat air dan harum vanila yang tercipta dari lilin aromaterapi, ditambah segelas wine yang juga menghangatkan tubuhnya berhasil membuat pikiran Vallerie sedikit relaks.
Gadis itu bahkan tidak mempedulikan semua pesan dan panggilan yang masuk ke dalam ponselnya, hari ini Vallerie hanya ingin memiliki waktu untuk dirinya sendiri tanpa harus memikirkan apapun, bahkan Haidan. Entah kenapa rasanya akhir-akhir ini Vallerie tidak suka berada jauh dari jangkauan Haidan. Vallerie hanya menginginkan waktu Haidan sepenuhnya meskipun itu sulit untuk diwujudkan. Rasanya begitu menyebalkan bagi Vallerie ketika gadis itu lagi-lagi mendapat pesan Haidan lembur hampir setiap hari.
Vallerie menghela napas pelan dan melanjutkan lirik Good night and Go milik Ariana dengan samar. Gadis itu masih memejam hingga tak sadar kalau Haidan sudah berdiri sejak sepuluh menit yang lalu di depan pintu kamar mandi, dengan tangan yang terlipat di depan dada sambil memperhatikan segala kegiatan Vallerie. Ternyata ini alasan Vallerie tidak menjawab panggilan teleponnya, ponselnya dalam mode diam dengan suara speaker yang keras hingga terdengar sampai ke luar. Haidan sudah panik bukan main, gadisnya akan benar-benar merajuk, dan dia dapat bernapas lega –setidaknya untuk sekarang– saat mendapati Vallerie sedang berendam dan melupakan ponselnya.
“I know how you want it, baby, just like this. Know you're thinking 'bout it, baby, just one kiss. While you're looking at 'em, baby, read my lips.
“This is your one kiss.”
Satu kecupan pada pipi Vallerie berhasil membuat gadis itu terperanjat kaget hingga hampir melompat keluar dari bathtub. Keberadaan Haidan yang tiba-tiba di sampingnya dan mencium pipi kirinya membuat Vallerie terkejut bukan main. Bukan apa-apa kedatangan Haidan benar-benar tidak diketahui oleh Vallerie bahkan dari langkah kakinya pun Vallerie tak mendengar.
Vallerie memukul lengan Haidan sedikit keras dan penuh emosi sebab lelaki itu membuat jantung Vallerie seakan mau copot dari tempatnya.
“Ngangetin aja!”
“Sorry. Enjoy without me?”
Vallerie memutar bola mata malas, “Your ass!”
Haidan terkekeh geli, lelaki itu lantas menegakkan punggungnya. Tangannya membuka satu persatu kancing kemeja putih yang ia kenakan dan melepasnya, membuat tubuh bagian atas Haidan terekspos sempurna di hadapan Vallerie.
“I'm home, honey. Miss me?” Haidan memajukan langkahnya, mencium bibir Vallerie sejenak setelah berucap. Ia lepaskan pula jam tangan yang masih melingkar pada tangan kirinya, juga celana kantoran yang masih membungkus kakinya.
“A lot.” Valerie menjawab tanpa menatap Haidan, gadis itu menenggak wine dari dalam gelasnya dengan kilat. Vallerie tidak bodoh untuk sekedar mengetahui kegiatan Haidan di sampingnya, matanya masih bekerja dengan normal juga jangan lupakan degup jantungnya masih berdetak dengan sempurna hingga melebihi kecepatan normal.
Vallerie hanya sedang ingin merajuk. Kalau dia menoleh ke arah Haidan sekarang, Vallerie tidak bisa merajuk pada Haidan, yang ada bisa-bisa Vallerie segera melompat keluar dari bathtub hanya untuk memeluk dan menghujani lelakinya dengan jutaan kecupan di seluruh tubuhnya. Vallerie selalu tidak bisa menahan godaan Haidan.
“I miss you, too.”
Haidan berbisik lirih dengan tangan yang meraih Vallerie agar sedikit menegakkan tubuhnya. Gadis itu mengerjap pelan saat melihat Haidan ikut masuk ke dalam bathtub dan mengambil posisi di belakang Vallerie. Setelahnya, Haidan bawa tubuh gadis itu kembali menyandar pada dadanya. Haidan rengkuh tubuh polos Vallerie posesif. Tangannya bahkan tidak tinggal diam, ia usap perlahan kedua lengah Vallerie dengan gerakan ke atas dan ke bawah.
Vallerie menahan napas sesaat setelah ia merasa bibir Haidan mendarat pada pundak dan leher polosnya. Bahkan aroma khas lelakinya masih dapat Vallerie cium dari jarak dekat, padahal Vallerie tahu betul Haidan sudah berkegiatan di luar, namun justru aroma parfum yang bercampur dengan keringat dan sisa asap rokok yang masih menempel pada Haidan seketika membuat candu Vallerie melebihi wine yang ia minum. Vallerie terbuai, dia benar-benar tidak bisa menolak pesona Haidan malam ini.
“I'm sorry, sayang. I don't mean it, buat lembur nggak pernah ada waktu buat kamu.” Suara berat Haidan yang masuk tepat ke rungu Vallerie membuat sekujur tubuh gadis itu merinding, Vallerie merasakan ada peningkatan suhu pada tubuhnya.
Vallerie lagi-lagi menghela napas, berusaha menetralkan emosinya saat ini. “Mau gimana lagi.” Gadis itu berucap lirih dengan suara bergetar. Alih-alih Vallerie merasa ingin menangis, Vallerie justru merasa ada gejolak dan hasrat yang seakan ingin meluap hingga membuat suaranya bergetar, apalagi saat merasa tangan kekar Haidan mengusap lembut permata biru di dadanya dan menjalar ke samping kiri, kanan, dan atasnya. Desah Vallerie tak tertahankan, ia mendesah dengan napas berat akibat perbuatan Haidan. Vallerie kelimpungan, ia benar-benar dibuat gila oleh Haidan.
“Haidan ... sengaja?”
“Hm?”
Haidan hanya berdehem menjawab Vallerie dengan usapan kedua tangan Haidan yang tak kunjung berhenti pada setiap lekuk tubuh Vallerie, satu tangan haidan mengusap tato kesukaannya dengan seduktif, dan tangan lainnya yang mengusap bagian perut hingga turun ke pinggang dan pangkal paha gadisnya. Bibir Haidan bahkan tak henti menginvasi setiap celah leher dan pundak Vallerie. Perbuatan Haidan membuat gadis itu menengadah, ujung-ujung jemari kakinya menukik tajam menahan semua rasa gemelitiknya. Vallerie bahkan sudah tidak memperdulikan suara Ariana dan lagu-lagu kesukaannya, saat ini hanya ada Haidan dengan segala sentuhan ajaibnya yang memenuhi isi kepala Vallerie.
“Haidan.” Vallerie menggeliat, ia mendesah resah berusaha menyingkirkan tangan Haidan dari tubuhnya. Haidan kemudian berhenti, kedua tangannya berpindah memeluk pundak Vallerie dari samping.
“I miss you a lot, Vall.”
Ada nada resah di antara pernyataan Haidan barusan. Mendadak hati Vallerie menghangat, rasa ingin merajuk yang tertahan dalam hatinya kini terganti dengan letupan dan gemelitik yang menjalar di seluruh tubuhnya.
Vallerie mengubah posisinya menghadap Haidan, ia tatap obsidian laki-laki yang ia cinta dengan lamat. Tatapannya sarat dengan rindu dan cemas yang ia tumpuk dalam-dalam. Ia usap paras rupawan Haidan perlahan, melewati tiap-tiap konstelasi yang tercipta pada rupa lelakinya kemudian mengecup birai sang lelaki dengan cukup lama. Ada banyak rasa yang tersalurkan dalam satu cumbuan itu, tidak hanya cinta kasih yang hanya mereka berdua yang bisa merasakan, juga kerinduan dan keinginan untuk merengkuh dan mencumbu satu sama lain membuat giat mereka semakin dalam dan intim.
Vallerie menjadi salah satu yang lebih dahulu melepaskan tautan mereka, “Aku nggak suka sendirian Haidan.”
Haidan mengangguk paham, ia balik usap wajah Vallerie lembut, “I know.”
“Jangan pergi lagi, jangan lembur sampe malem lagi, aku nggak suka. Aku nggak suka kamu capek, aku nggak suka kamu lebih mentingin kerjaan daripada aku dan kesehatan kamu. Aku mau egois, aku mau egois kalau itu menyangkut kamu, Haidan.”
Haidan mengangguk lagi, ia meraih rahang Vallerie dan mencumbu birainya lagi. Haidan bahkan masih enggan menutup kedua netranya, ia masih betah memerhatikan gadisnya yang menutup mata dan menikmati tiap-tiap lumatan yang ia cipta. Ia perhatikan tiap-tiap bentuk wajah Vallerie dari kedua netra yang terpejam hingga turun memuju hidung dan bibir Vallerie masih tertaut dengan miliknya.
Semua ucapan dan permintaan Vallerie ia terima dengan senang hati, sebab jika membicarakan perihal keegoisan, Haidan adalah pihak yang paling egois di sini. Sebab Haidan hanya mau Vallerie, Haidan hanya mau Vallerie benar-benar untuknya dengan seutuhnya. Haidan tidak mau berbagi Vallerie barang dengan siapapun. Vallerie hanya meminta waktunya, tetapi Haidan menginginkan semua yang ada pada Vallerie bahkan hidupnya sekalipun. Pun begitu, Haidan juga akan menyerahkan seluruh yang ia punya untuk Vallerie— tanpa diminta. Bahkan kalaupun ia harus membelah dadanya sendiri, ia rela.
“Vallerie, why does a whole Ariana's love song really fit with you?”
Mereka berdua melepaskan tautannya, dengan satu pertanyaan yang lolos dari bibir Haidan. Vallerie terkekeh, mendadak ia memperhatikan tiap bait lirik lagu Ariana yang terputar saat ini.
“Tell me why I get this feeling. That you really wanna turn me on. Tell me why I get this feeling. That you really wanna make me yours.”
Vallerie kembali terkekeh, ia tatap Haidan dengan satu tatapan seduktif.
“It's not about me, but you, Haidan. All of Ariana's songs are my feelings for you.”
Vallerie mengerling menatap Haidan, lelaki itu tergelak. Ia raih pinggang Vallerie untuk ia dekatnya dengan tubuhnya sambil mengusapnya lembut.
“So, am I making you turn on, Miss?”
“You do, what is your motive?” Vallerie berucap lirih, ia dekatkan wajahnya dengan Haidan hingga tak berjarak.
“That's my motive, I need you to be wise tonight.” jawab Haidan enteng, tangannya kembali membelai lekuk tubuh Vallerie seduktif dari atas dan bawah, netranya masih tak lepas dari Vallerie. Ada seringai kecil yang tercipta dalam bibir Haidan, Vallerie meremang, ia menahan napas dan membuangnya resah.
“As your command, baby.” Vallerie mengalungkan kedua tangannya pada leher Haidan, pinggulnya bergerak pelan di bawah berusaha menggoda Haidan. Let's make out tonight.” Haidan mengerang dengan rahang yang mengeras, ia tahan pinggang Vallerie, “Mau disini atau di kasur aja?”
“It's up to you. I'll follow your game, Sir,” jawab Vallerie dengan seringai tipisnya, lantas Haidan bangkit membawa tubuh Vallerie di dalam gendongannya untuk melangkah menuju ranjang mereka berdua. Malam ini semua keresahan dan kerinduan yang telah terpendam kini tersalurkan dengan romansa panjang mereka berdua.