Welcome Indonesia


Hari ini tepat dimana Nata menginjakkan kakinya lagi di tanah kelahiran setelah 4 tahun lamanya.

Nata menghirup dalam-dalam oksigen di sekitar bandara dengan tersenyum senang. Kalau boleh jujur dia sangat merindukan tempat kelahirannya ini, dia merindukan Indonesia dengan segala seisinya. Orang-orangnya yang ramah, makanannya, budayanya, macetnya. Bahhkan Nata merasakan rindu pada hiruk pikuk kemacetan jalanan ibukota dengan segala riuh suara klakson yang memekikan telinga itu, mungkin hal itu bisa juga disebut dengan kalau dekat benci kalau jauh rindu.

Bagi sebagian orang mungkin itu terlalu berlebihan. Tapi bagi manusia seperti Nata yang merantau sampe ke lintas negara, terpaksa meninggalkan negeri tercinta dan tidak pernah bisa pulang dengan leluasa itu adalah sesuatu yang luar biasa ketika dia dihadapkan kenyataan bahwa dirinya sekarang berada disini, memperjelas kenyataan bahwa Nata sudah pulang ke tanah kelahiran tercintanya.

Nata berjalan dengan menghentakan kakinya dengan semangat dia mendorong koper merah mudanya dengan riang, perasaannya tidak sabar untuk bertemu sang mama, Jiro adik satu-satunya dan Ajeng sahabat tercintanya. Meskipun komunikasi mereka tidak pernah putus, namun setiap hari di negeri orang ini Nata selalu membayangkan sudah sebesar dan setinggi apa adiknya sekarang? Dan untuk mamanya, di berharap sang mama masih sama seperti empat tahun lalu ketika Mata memutuskan untuk meninggalkan dia. Nata berharap sang mama masih terlihat masih cantik. Dan Ajeng, sahabat satu-satunya yang sangat ia rindukan apalagi kebawelannya, Nata sangat merindukan mulut berisik sahabatnya sejak di bangku menengah itu. Meksipun lima bulan lalu Ajenh, sahabatnya itu menyempatkan diri untuk mengunjungi Korea guna menemuinya sekalian pergi berlibur. Kalo Nata bisa bilang Ajeng ini beruntung sekali hidupnya, tidak seperti dia. Meskipun dia juga tidak tinggal bersama kedua orang tuanya tapi kedua orang tuanya sangat mementingkan kepentingan dirinya di banding apapun, kalau boleh jujur Nata terkadang sangat iri.

Sudah cukup puas Nata mengintari terminal 3 bandara Soekarno-Hatta untuk mengobati rindu. Akhirnya ia duduk salah satu kursi ruang tunggu di terminal tiga. Nata mengambil handphonenya untuk mengabari Jiro perihal dia yang sudah sampai bandara dan meminta sang adik laki-lakiyuntuk segera datang menjemputnya. Namun balasan dari Jiro ternyata membuat dahi gadis ini mengkerut bingung, ternyata bukan Jiro yang akan menjemputnya, melainkan orang lain yang Nata pun tak tahu siapa. Karena Jiro tidak membalas pesannya lagi, Nata mendengus kemudian dia berinisitif untuk menanyakan kepada sang Mama perihal seseorang yang akan menjemputnya, namun jawaban sang mama sama saja membuat dia bingung, Nata semakin mengerutkan dahi dan menyatukan alisnya saat sang mama bilang bahwa waktu empat takun tidak akan membuat dia lupa atas sosok orang itu.

Dia? Dia siapa? Atau mungkin Ajeng? Tapi tidak semalem mereka melakukan FaceTime dan Ajeng bilang dia tidka bisa datang untuk menjemputnya hari ini karena sibuk di tempat part time-nya.

Jadi, mau tidak mau Nata memutuskan untuk menunggu orang suruhan mama yang ditugaskan untuk menjemputnya di terminal tiga ini dengan banyak tanda tanya.


Dua puluh menit lamanya Nata menunggu orang suruhan mama dengan sabar, matanya melihat menelusuri semua sudut terminal tiga yang ramai dengan hiruk pikuk orang-orang yang terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. Dia memperhatikan petugas bandara yang sedang berjalan cepat dan tergeda, para pramugari cantik berjalan bergerombol yang siap untuk melakukan penerbangannya, jiga para penumpang yang berlalu larang dengan urusannya masing-masing dan juga, Nata melihat sepasang kekasih yang sedang melepas rindu dengan saling memeluk di tengah-tengah keramaian ini tanpa malu, Nata terkekeh. Memang perihal rindu orang-orang akan lupa dengan sekitarnya.

Tiba-tiba atens Nata teralihkan pada sosok laki-laki berkaos putih polos dengan rambut hitam nya yang menutupi dahi juga kulit putih pucat yang sebenarnya bisa di bilang kulitnya berwarna merah muda seprtti buat peach, Nata berpikir bahwa dia adalah laki-laki tampan pertama yang ia lihat di tanah air ini. Sungguh Nata merasa amat beruntung.

Langkah laki-laki itu berjalan semakin mendekat ke arahnya, Nata semula merasa gede rasa akan dihampiri laki-laki tampan tersebut namun pikiran jailnya itu ia tepis jauh-jauh tidak membiarkan otak halunya bekerja lebih jauh lagi benaknya berkata bahwa mungkin laki-laki tampan itu akan menjemput keluarga atau kekasihnya.

Otak halu Nata bekerja lebih lancar ketika langkah laki-laki tersebut semakin mantap mendekat dan berhenti di hadapannya. Nata mengerjap dan secara spontan berdiri dari kursinya, namun belum sempat ia mengambil nafasnya, tiba-tiba dengan sigap lengan kekar pria itu meraih tubuhnya dan menariknya ke dalam rengkuhannya, Nata terdiam sesaat mencerna apa yang sedang terjadi kemudian dia sigap ia melepas pelukan itu dalam satu hentakan, kemudian matanya menatap heran orang di hadapannya ini dengan sedikit agak emosi, bagaimana tidak di dalam otak Nata berkat bahwa tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak sopan dan terkesan mesum saat dilakukan oleh orang asing yang sama sekali tidak ia kenali.

“sorry maksudnya apa ya peluk-peluk gitu?” Nata bertanya dengan bingung dan sedikit emosi. Laki-laki ini justru balik bingung dengan pertanyannya dan kembali memegang bahu Nata dengan seduktif yang langsung Nata tepis dengan kasar. Demi Tuhan baginya laki-laki tampan ini sudah melampaui batas.

“hei, sayang welcome back i miss you so much” Laki-laki tersebut justru mengatakan hal tidak jelas yang Nata tidak ketahui maksudnya apa, kini batas kesabarannya sudah habis untuk laki-laki ini.

“Anda sadar tindakan Anda ini bener-bener gak sopan ya, you're totally stranger dan saya bisa laporin ini sebagai tindakan pelecehan seksual ya, jadi tolong jaga batasan Anda selagi saya masih bisa ngomong baik-baik” Nata mengatakan kalimatnya dengan nada dinaikkan sambil menunjuk wajah laki-laki itu penuh emosi, sekali lagi laki-laki itu mengatakan hal gila, dia benar-benar akan melaporkan laki-laki itu atas tindakan pelecehan seksual.

“Nata, ini aku Zaffran suami kamu”

Kemudian dalam sepersekian detik tangan Nata melayang dan mendarat menuju pipi mulus laki-laki di hadapannya ini.


; markablee