Ultra Milk Stroberi
Sinar mentari pagi menembus melalui celah-celah jendela lebar kelas 12-A. Kamu menatap papan tulis di depanmu dengan mata menerawang dan bibir sedikit dimajukan serta wajah kesal. Beberapa menit setelah kembali dari ruang guru akibat dimarahi oleh Pak Burhan, karena tidak menyampaikan amanahnya untuk teman sekelas agar mengerjakan latihan soal fisika di halaman empat puluh tiga karena lupa, kamu hanya bisa duduk terdiam dengan wajah ditekuk tujuh lipat. Matamu nyalang menatap siapa saja yang ingin menegurmu dengan tatapan kesal dan tak bersahabat. Hingga membuat siswa-siswi yang menatapmu bergidik ngeri seakan sedang menatap seekor singa betina yang sedang mencari mangsanya.
Dug
Ekhem Tiba-tiba seseorang mengetuk mejamu dan berdehem membuatmu terperanjat kaget, lalu tiba-tiba saja kamu tersenyum kikuk ketika mengetahui siapa pelakunya.
“Eh, Jinan hehe…” kamu menyapa Jinan dengan kekehan canggung, lebih canggung lagi ketika kamu menyadari bahwa laki-laki jangkung itu tiba-tiba mengambil tempat duduk disebelahmu.
“Ngelamun aja.” Suara berat Jinan menginterupsi. Kamu menggaruk kepalamu yang tidak gatal kemudian mengedarkan pandangan ke arah manapun, kecuali pada mata Jinan. Bagaimana tidak, tiba-tiba saja didekati dan diajak ngobrol oleh gebetan adalah hal yang sama sekali tidak pernah kamu bayangkan bahkan sampai saat ini.
“Abis dimarahin Pak Burhan ya?” Kau mendengus kesal, dan menghembuskan nafas pasrah lalu kemudian mengangguk dan menunduk.
“Sabar ya, nih buat kamu.” Tiba-tiba saja tangan Jinan terulur memberikan Ultra Milk rasa stroberi kesukaanmu. Kamu terhenyak dan terdiam sebentar, berusaha mencerna maksud dari perlakuan Jinan hari ini padamu.
“Maksudnya buat apa Ji?” tanyamu heran. Jinan hanya bisa tersenyum memamerkan giginya lucu.
“Biar moodnya naik lagi. Sabar ya bukan salah kamu lagian. Pak Burhan juga bilang ada tugasnya dadakan, dua puluh menit sebelum kelas selesai. Jadi wajar kalo kamu gak bisa mengkondisikan tema-teman sekelas karena sebentar lagi jam pulang.”
Sungguh saat itu juga rasanya kamu ingin menangis. Ketika ada seseorang yang bisa mengerti kamu dan tidak menyalahkanmu atas apa yang sudah terjadi. Kamu mengerjapkan mata berusaha agar air mata tidak turun dari mata sipit itu.
“Makasih ya Jinan, buat gak nyalahin aku dan ngerti posisi aku sekarang.” Kamu berkata dengan nada lirih sambil menatap ujung kedua sepatumu. Jinan tersenyum senang kemudian kembali menarik susu Ultra Milk Stroberi yang ada di depanmu, dan menancapkan sedotannya. Kamu menerimanya malu-malu dan berucap terimakasih lagi.
“Abis pulang sekolah, nonton yuk?”
markablee