Tentang Naruna
—
Namanya Tsabita Naruna gadis bungsu keluarga Naruna yang memiliki sejuta keresahan di dadanya. Tsabita Naruna yang lebih akrab di panggil Tita daripada nama depannya, putri kecil Antoni dan Amanda yang selalu terlihat baik-baik saja, tanpa menyimpan luka.
Amanda dan Antoni selaku orang tua bukanlah tipikal orang tua yang akan melupakan anaknya dikala sibuk, atau orang tua yang hanya mengirimkan uang bulanan kepada anak-anaknya dan membiarkan mereka mencari tahu sendiri dunia luar. Mereka memiliki cara sendiri untuk mendidik anak-anaknya agar bisa menjadi pribadi yang kuat dan tahan banting. Cara Antoni dan Amanda mendidik anak-anaknya adalah dengan cara militer mengingat sebagian hidup Antoni di habiskan untuk membela dan mempertahankan tanah air, maka sifat itulah yang ia berikan ke anak-anaknya.
Dulu sewaktu kecil Tsabita dan kakaknya, Alvaro sudah kenyang dan muak perihal sepatu pantofel papa yang menyentuh tangannya ketika mereka tidak becus melakukan sesuatu, atau menyentuh kedua kaki mereka ketika mereka tidak taat kepada Papa.
Ah, Tsabita dan Alvaro juga mengingat bagaimana beratnya sabuk Papa saat menyentuh kulit punggungnya.
Iya, Tsabita dan Alvaro sudah terdidik keras sejak dini, Papa memang membawa kebudayaan itu pada keluarga nya, namun alih-alih mereka membenci Papa-nya, mereka sangat sangat menghormati Antoni sedemikian rupa. Mama selalu bilang bahwa apa yang Papa nya lakukan kepada mereka adalah semata-mata karena Papa ingin mereka siap menghadapi dunia luar saat dewasa nanti.
Itulah mengapa sebenarnya Tsabita dewasa menyadari bahwa dia tidak menemukan kehangatan dan cinta dari sosok Papa-nya, tapi Tsabita beruntung memiliki kakak seperti Alvaro yang siap memberikan dunianya untuk Tsabita seorang. Iya, Tsabita mendapat cinta yang begitu banyak dari si sulung.
Pernah suatu ketika dulu sewaktu kecil, dia tidak sengaja menumpahkan susu di dapur Alvaro kecil hanya menatap nya tersenyum dan bilang “tidak apa-apa adek biar abang yang bersihin, adek masuk kamar sana, nanti Papa liat” dan berakhirlah Alvaro yang di marahi sang Papa. Sorenya dia menghampiri kakaknya sambil menangis terlebih ketika dia melihat punggung kakaknya yang memerah bekas cambukan dari sabuk sang Papa namun si sulung hanya tersenyum dan menghapus air mata sang adik lalu berkata “adek, abang bangga sama luka ini soalnya ini tanda kalo abang berhasil lindungi adek” tambah deraslah air mata si bungsu mendengar perkataan si sulung.
Tsabita memang mendapatkan semuanya. Keluarga yang lengkap, perhatian, didikan yang baik dari kedua orang tuanya dan cinta yang penuh dari Alvaro, kakaknya. Namun dia masih merasa kosong di dadanya entah kenapa. Apalagi semenjak dia ditinggal sendiri di kota ini dan terpaksa berpisah dari Alvaro saat dia mendengar pengumuman bahwa Alvaro harus melanjutkan S2 nya di kota yang sangat jauh dari Jakarta. Waktu itu Tsabita menangis dan tidak mau berbicara pada Alvaro 3 hari, namun dengan bujukan dan kesabaran dari sang sulung, akhirnya Tsabita berhasil merelakan kepergian sementara sang kakak.
Dan saat ini ketika dia kembali dipertemukan dengan ketakutan terbesarnya, pertahanannya kembali runtuh, apalagi saat itu Alvaro ada di sampingnya. Dia pikir dia bisa menghadapinya sendiri, dia pikir dia sudah mampu dan berdiri di kaki sendiri. Namun ternyata dia salah, dia tidak mampu dan masih membutuhkan pelukan sang kakak.
;markablee