Sekretaris Magang

Greb. Klik.

Setelah menutup pintu mobil dan menguncinya, Zaffran langsung berjalan ke arah Nata dan menggandeng tangannya memasuki area kantornya. 

Mereka berjalan beriringan sambil bergandeng tangan. Sesekali  tersenyum membalas sapaan beberapa karyawan yang berapapasan dengan mereka. Kini mereka telah tiba di lobby lantai 6, lantai khusus untuk para petinggi dan eksekutif di kantor tersebut. Ia merogoh sakunya untuk mengambil id card miliknya dan menempelkan id card tersebut pada smart lock pintu lobby agar terbuka kemudian melangkah menuju ruangannya. 

Ruangan para petinggi di perusahaan ini memang terpisah dengan ruangan karyawan biasa. Untuk memasuki ruangan itu diperlukan id card khusus yang tertempel cheap smart lock untuk membuka pintu lobby agar bisa masuk ke dalam. Di sebelahnya terdapat meja receptionist untuk menerima tamu atau orang yang berkepentingan dengan para atasannya yang kemudian di hubungan langsung dengan para sekretaris mereka.

Baru saja Zaffran sampai diruangannya, panggilan telefon dari Gema kembali menginterupsi perhatiannya.

“Ya, Gema?”

“Sekarang?”

“Oke saya kesana”

Setelah itu Zaffran menutupnya dan beralih menatap Nata yang sedang terduduk bersender di sofa ruangan itu.

“Nat, kamu aku tinggal dulu sebentar gak papa? Aku harus ketemu client dari Kalimantan”

Nata membenarkan posisi kepalanya dan menatap Zaffran “gak papa, Mas. Sana”

“Sebentar ya Nat”

Zaffran melangkah mengusap puncak kepala Nata. Nata tersenyum dan meraih tangan Zaffran sejenak kemudian mengangguk sambil tersenyum manis memandang tubuh Zaffran yang hilang di balik pintu. 

Nata mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan ini diperhatikannya baik-baik ruang kerja suaminya. Ruang kerja bernuansa cokelat dark itu diisi dengan rak besar berisi map-map besar dan buku-buku besar dengan beberapa pigura berisi foto suami dan keluarganya bertengger di belakang meja kerjanya. Namun Nata tak satupun menemukan foto pernikahannya dipajang disini, ia sempat mengernyit heran tapi pikiran negatif itu Nata buang jauh-jauh dan tak diindahkan. Nata kembali mengedarkan pandangannya lagi ke seluruh ruangan ini. Ruangan ini juga dilengkapi dengan ruang meeting kecil di sudut kanan ruangan dan 2 sofa hitam besar di sisi kanannya. Sebelah meja kerja Zaffran terdapat jendela besar yang langsung memperlihatkan pemandangan kota ini dari atas. 

Knock knock

“Selamat siang Pak Zaffran saya bawakan kop-”

Nata menoleh ke arah saat pintu ruangan itu diketuk dari luar dan tampak satu perempuan cantik dengan rambut panjang sepinggang dan kemeja cream serta mini skirt di atas lutut dengan membawa secangkir kopi itu tanpa basa-basi memasuki ruangan Zaffran. Nata mengernyit menatap wanita itu dari atas sampai bawah, cantik. Pikirnya di dalam hati. 

“Loh, maaf Pak Zaffran nya kemana ya? Anda siapa?” Perempuan itu kembali bersuara ketika ia tidak menemukan sosok orang yang dia cari.

“Kamu siapa?”

Nata membalas pertanyaan perempuan itu dengan pertanyaan lagi. Batinnya sudah mengira bahwa perempuan di hadapannya ini adalah sekretaris magang yang sempat membuat ia dongkol dengan Zaffran karena mendapati jas suaminya tercium aroma parfum perempuan. 

Si perempuan yang ditanya balas menatap Mata dari bawah sampai atas dan kemudian tersenyum remeh. Lalu ia dengan congkak nya mengibaskan rambutnya panjangnya kebelakang dengan tangan kiri nya yang kosong. 

“Saya sekretaris nya pak Zaffran”

“Anda siapa ya? Orang luar ya? Kok sampai nyasar kesini? Duh satpam di depan itu gimana kerjanya”

Nata mengangkat satu alis nya saat mendengar gumaman lawan bicaranya. 

“Maksudnya?”

“Mohon maaf mbak ini lantai khusus direksi dan petinggi lain, kayaknya mbak nya salah masuk ruangan. Untuk itu silahkan pergi ya mbak sebelum saya panggil satpam.”

“Memang kamu siapa berani suruh saya?”

“Sudah saya bilang, saya sekretarisnya pak Zaffran. Saya yang bertanggung jawab atas semua pekerjaan dan schedule dia di kantor. Saya sekretarisnya Dirut perusahaan ini”

“Oh sekretarisnya~ cuma sekretarisnya doang kan? Bukan istrinya?”

“Saya juga akan menjadi istrinya”

Nata terkekeh geli mendengar jawaban dari sekretaris magang itu. Kekehan itu kemudian berbuah menjadi tawa ringan meremehkan. Jujur saja saat ini Nata sudah mulai merasa mangkel dan sedikit emosi ketika prempuan didepannya ini berbicara omong kosong. Berani sekali dia bermimpi menjadi istri dari Zaffran Annar, suaminya. 

“Aduh, mbak halunya jangan tinggi-tinggi nanti kalo jatuh sakit” Nata masih menertawakannya.

“Maksud anda apa ya? Anda mending pergi saja dari sini atau saya panggil satpam sekarang”

“Mending kamu aja deh yang pergi dari sini, karena daripada kamu saya lebih mempunyai kuasa atas ruangan ini” 

Perempuan di depannya kini menggertakan giginya, mengepalkan tangannya dan nafasnya mulai memburu terbakar emosi. 

“Anda bilang saya halu, tapi anda lebih halu ya ternyata. Dasar orang gila

Dengar ya mbak, mbak tidak punya kuasa apapun disini. Saya sekretarisnya pak Zaffran saya bertanggung jawab menjaga ruangan ini, saya juga calon istrinya. Mbak jangan macem-macem”

Nata lagi-lagi terkekeh kemudian berjalan mendekati perempuan itu kemudian membisikan sesuatu di telinganya “Kasian ya kamu cuma bisa halu doang”

Perempuan itu geram kemudian mendorong bahu Nata kasar dan tangan kirinya meraih cangkir kopi di tangan kanannya siap menumpahkan kopi panas itu ke baju Nata. 

Namun aksinya terhenti seketika mendengar suara pintu terbuka dari luar dan mendapatkan eksistensi Zaffran yang berjalan masuk menuju ruangannya. 

“Ada apa ini?” Suara bass Zaffran menginterupsi di seluruh ruangan ini. Seketika perempuan di depan Nata ini menumpahkan kopi yang ada di tangan kirinya ke baju nya sendiri, dia tumpah kan kopi itu ke arah dadanya dan menjatuhkan dirinya sendiri. 

“Aww”

Nata terheran melihat kelakuan aneh perempuan itu dengan mata mengernyit. 

“Sayang”

sepersekian detik tatapannya beralih menuju eksistensi Zaffran, sambil tersenyum ia melangkah menyapa Zaffran dengan panggilan mesra nya. Perempuan yang berada di bawahnya heran, kebingungan. Mempertanyakan siapa yang baru saja ia hadapi barusan. 

Lalu dengan sigap ia bangun dan memasang wajah melas dan terskiti “pak maaf tapi tadi saya mau usir perempuan itu karena masuk ruangan bapak sembarangan tapi baju saya malah di siram kopi dan saya di dorong sampai jatuh” Sekretaris itu mengadu dengan nada rendah dan hampir terisak. 

Zaffran mengangkat sebelah alisnya heran kemudian menatap Nata disebelahnya, Nata memgendikkan bahu. “Kamu mau usir istri saya?”

“I..istri?”

Perempuan itu tergugup ketika mendengar pertanyaan Zaffran. Seketika dia terdiam mencerna semuanya, otaknya memutar kembali ingatan beberapa menit lalu ketika dia mengaku-ngaku sebagai calon istri Zaffran di depan istri sahnya. 

“Yang kamu bilang orang sembarangan itu istri saya. Gimana bisa kamu berlaku tidak sopan seperti itu kepada istri saya Anya?”

Nata mengulum senyum penuh kemenangan menatap Anya, si sekretaris magang. Tangannya ia lingkarkan ke lengan Zaffran dengan mesra. 

“T-tapi pak, bapak tidak pernah bilang kalau bapak su-” 

“Kenapa harus saya bilang ke kamu Anya, seharusnya sebagai bawahan saya kamu sudah tau perihal itu”

Anya tertunduk malu. 

“Dan Anya, jangan mempermalukan diri kamu sendiri cuma buat mendapat atensi saya karena itu gak akan berhasil” 

“Maaf pak” Anya semakin tertunduk, tangannya meremas rok span hitamnya, dimarahi bos seperti ini membuat ia ingin menangis di tambah dengan fakta bahwa bos nya sudah beristri dan dia sudah memperlakukan istri bos nya dengan tidak baik semakin membuat ia ingin menumpahkan air matanya. 

“Minta maaf ke istri saya” 

“S-saya minta maaf sudah lancang Bu” 

Sungguh Nata ingin tertawa terbahak melihat ekspresi bersalah dan malu nya Anya saat ini. Melihat Anya di marahi oleh Zaffran membuat dirinya merasa menang, apalagi saat Zaffran mengakui bahwa dia adalah istrinya membuat Anya bungkam seribu bahasa semakin membuat dirinya bahagia dan tersenyum penuh kemenangan. Biarkan saja orang-orang menganggap dia sedang tertawa diatas penderitaan orang lain, karena itu benar nyatanya. 

“Gak papa, lain kali di liat-liat dulu ya kalo mau ngaku-ngaku jadi istri suami orang”

Zaffran menoleh tidak percaya kepada Nata, Nata mengulum senyum. Anya semakin tertunduk malu, tak menjawab perkataan Nata. 

“Kamu boleh pergi”

“Mulai besok saya akan pindahkan posisi kamu menjadi sekretaris bawahan saya”

Anya mendongak menatap Zaffran tidak terima “t-tapi pak?”

“Dipindahkan atau urus surat pengunduran diri kamu”

Anya gentar mendengar penurutan Zaffran “baik, Pak maaf dan permisi” 

; markablee