Saturday Drip
Cw // mature content, nsfw, explicit sexual activity, harsh words.
Please be wise readers!
Vallerie memang benar-benar tidak menyukai malam Minggu. Jika ditanya hari apa yang paling Vallerie benci, jawabannya adalah Sabtu malam atau malam Minggu. Vallerie tidak menyukai hal-hal yang justru sangat dinanti oleh orang kebanyakan. Seperti malam Minggu, tahun baru, perayaan hari raya, pun hari kasih sayang yang nyatanya adalah hari kelahirannya. Vallerie tidak menyukai situasi dimana orang-orang akan berbondong keluar, bercakap dan bersenggama serta berkumpul dalam satu tempat. Intinya, Vallerie tidak menyukai segala jenis perayaan.
Gadis itu lebih memilih untuk berdiam diri di kediamannya. Menikmati waktu sendirinya dengan damai dan tentram bersama potongan gaun tidur favoritnya disertai dengan secangkir kopi dan televisi LED yang menampilkan salah satu series andalannya. Sesekali Vallerie melirik ke arah jendela besar yang menampilkan hamparan gemerlap lampu malam khas perkotaan yang menyilaukan, di bawahnya terdapat berbagai kendaraan roda dua maupun empat yang sibuk mengantri menunggu giliran untuk melaju.
Sangat membosankan.
Pilihan tepat bagi Vallerie untuk berdiam diri di unitnya untuk beberapa saat sampai ia mendengar bel unitnya berbunyi. Ia bangkit dari duduknya, menyingkap selimut tipis yang menutupi pahanya dan menaruh cangkir kopi yang sebelumnya ia sesap di nakas sebelah tempat tidur milik gadis itu.
Vallerie sudah menduga presensi siapa di balik pintu besi itu dan praduganya memang benar. Ia melihat sosok jangkung yang sangat ia kenali dengan berbalut jaket kulit dan celana sobek andalannya.
Dengan melihat presensi Haidan saat ini saja, ia menebak Sabtu malamnya pasti akan berjalan sangat panjang.
“Yah, aku kira tukang delivery order.” Vallerie berdecak usil menggoda laki-laki di hadapannya ini.
Haidan berdecak sebal. Ia layangkan telapak tangan besarnya pada air muka Vallerie hingga menutupi sebagian paras cantik sang gadis.
Figur wajah Vallerie mungkin memang teramat kecil seakan seukuran setelapak tangan Haidan atau barangkali tangan Haidan saja yang terlampau besar.
Haidan dorong pelan tubuh Vallerie dengan telapak tangannya. Vallerie berteriak tak terima ia tepis tangan Haidan yang masih berada pada parasnya dan berdecak sebal. “Ngajak ribut banget, sih!”
Haidan tergelak. Ia bawa tubuh mungil Vallerie masuk ke dalam pelukannya kemudian berjalan menuju kamar milik gadis itu. “Iya, mau ngajak ribut di ranjang.”
Vallerie mencubit perut Haidan keras-keras hingga sang empu berteriak mengaduh.
“Sakit sayang, gila kamu.”
“Kamu yang gila!” Vallerie bersungut-sungut sambil berjalan meninggalkan Haidan menuju dapur.
“Kan, kamu yang buat aku gila— eh mau kemana?” Haidan melepas jaket kulitnya dan menaruhnya asal, kemudian mengekor Vallerie dari belakang hingga gadis itu berbelok menuju dapur.
Haidan tersenyum usil. Laki-laki itu benar-benar mengikuti segala pergerakan kekasihnya. Vallerie berjalan menuju kulkas ia ikuti. Vallerie berjalan menuju pantry pun ia ikuti, Vallerie menuangkan satu sachet kopi instan untuknya pun ia tetap ikuti. Tidak ada pergerakan Vallerie yang luput dari Haidan.
“Kamu mending duduk dulu deh. Jangan ikutin aku terus aku mau bikin minum dulu.” Vallerie merengek lelah melihat tingkah usil Haidan.
Gadis itu seakan kewalahan melihat perubahan sikap Haidan padanya yang melebihi angka seratus delapan puluh derajat bahkan mungkin sudah mencapai tiga ratus enam puluh derajat.
Semenjak Haidan menyelesaikan Kerja Prakteknya dan pulang ke Jakarta tiga minggu yang lalu, Haidan acap kali hampir tak mau melepaskan rengkuhannya pada gadis itu barang sedetikpun. Lelaki itu benar-benar menunjukkan sisi lainnya pada Vallerie. Bahkan, sesaat setelah ia tiba di bandara, Haidan spontan meminta Vallerie menginap di tempatnya sampai tiga hari berturut-turut. Padahal yang mereka lakukan selama itu hanya tidur, berpelukan, berciuman dan leha-leha saja. Haidan tidak pernah membiarkan kekasihnya untuk beranjak dari sisinya barang seincipun.
Vallerie bahkan benar-benar hampir tidak mengenali Haidan versi sekarang. Namun ada satu hal yang meyakini dirinya. Ketika laki-laki itu bersama teman-temannya atau saat mereka berdua berada di tempat umum dan di tengah keramaian, sifat Haidan yang dulu akan muncul. Haidan yang dingin, berbicara seperlunya, dan tak acuh dengan sekelilingnya akan kembali. Hal itu yang membuat Vallerie yakin kalau Haidan akan tetaplah menjadi Haidan. Bedanya Haidan akan berubah menjadi bayi lima tahun hanya saat bersamanya dan ketika mereka menghabiskan waktu berdua saja.
Haidan mencuri satu kecupan singkat pada rahang Vallerie kemudian membisikkan sesuatu yang membuat gadis itu bergidik dan sangat ingin menenggelamkan kepalanya saat itu juga.
“Mau main di dapur nggak?”
Spontan Vallerie memukul kepala Haidan pelan dengan sendok yang berada pada tangan kanannya. Gemas. Ia sangat gemas dengan kelakukan Haidan.
“Pervert!”
Haidan tergelak lepas mendengar pekikan keras Vallerie, ia tinggalkan gadisnya dengan segala kegiatannya di dapur. Laki-laki itu berjalan menuju balkon mengambil satu batang rokoknya dan bersiap untuk menyulutkan pemantik pada ujungnya namun terhenti kala mendengar satu teriakan Vallerie dari dalam.
“Jangan ngerokok sekarang or i don’t want to kiss you.”
Lantas Haidan spontan memasukkan kembali satu batang rokok itu pada bungkusnya. Ia lekas menuju Vallerie, membawa tubuh kecil itu pada rengkuhannya dalam satu kali hentak.
“Ayo.”
Vallerie tergelak heran, ia kalungkan pergelangan tangannya pada leher Haidan. Mengusapnya usil hingga menuju tengkuk Haidan dan meremas rambut belakangnya seduktif. Vallerie melihat rahang Haidan mengeras. Ia tahu kelemahan Haidan ada pada tengkuknya dan semakin ia tahu malah semakin gencar dirinya mengusili Haidan.
Tanpa pikir panjang Haidan sambar birai merah muda kecintaannya. Tangan kiri lelaki itu menekan tengkuk gadisnya guna memperdalam cumbuan antara keduanya. Sementara tangan kanannya menelusup masuk mengusap punggung gadisnya dari balik piyama.
Vallerie melenguh di antara cumbuannya sedangkan Haidan tersenyum samar. Dirinya menyesap labium Vallerie kuat-kuat hingga membuat gadis itu sedikit merintih. He bite her lips hardly. Vallerie open her mouth to give Haidan more entree. Haidan rubbed Valerie's back more seductively, he creeped toward the bristle hook.
Vallerie terperanjat kaget, lantas ia hentikan aksi Haidan dengan mendorong tubuh lelaki itu pelan. Haidan mengangkat satu alisnya heran. Sementara gadis itu menggigit pipi dalamnya berusaha menahan sesuatu yang ingin meledak dalam dirinya.
“Katanya mau Netflix hour?” ucap Vallerie mendesis. Haidan menghembuskan nafas pelan.
“Aku mintanya making love hour.”
Vallerie yang jengah menghiraukan celotehan Haidan, ia tinggalkan kekasihnya sendiri menuju kamar tidurnya. Haidan mengusap tengkuknya khawatir, kedua alisnya sedikit menyatu.
“Vall.” Haidan berjalan mengekor Vallerie dari belakang. Sepertinya dirinya harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk membujuk sang gadis malam ini.
Pada akhirnya mereka berakhir rebah di atas ranjang milik Vallerie sambil berbagi selimut yang sama. Vallerie memeluk pinggang Haidan posesif. Matanya masih terfokus pada satu series kesukaannya. Sudah hampir satu jam mereka berada pada posisi ini dalam hening. Vallerie yang asik sendiri dengan series favoritnya dan Haidan yang terdiam memperhatikan pesona Vallerie yang serius sambil sesekali mengusap bahu gadis yang berada dalam dekapnya itu.
Satu episode series andalannya sudah Vallerie habiskan, ia merasa bosan. Tanpa mengubah posisinya, ia mengganti aplikasi Netflix miliknya dengan aplikasi Youtube untuk memutar satu album Ariana Grande yang bertajuk Position, salah satu album favoritnya. Samar-samar ia mendengar rintik hujan turun membasahi jendela lebar kamarnya, gadis itu menoleh menatap ke arah luar dan bergumam pelan sambil terkikik, “Mampus hujan.”
Malam Minggu dan hujan adalah hal yang paling menyenangkan bagi Vallerie. Karena berkat hujan muda-mudi yang berniat menghabiskan waktu berdua untuk sekedar keluar jadi mengurungkan niatnya. Setidaknya, kemacetan kota Jakarta bisa berkurang jika para pasangan— atau bahkan yang jomblo tidak keluar pada malam Minggu.
“Enak ya hujan,” celetuk Haidan. Vallerie mendongakan kepalanya menatap Haidan yang lebih tinggi darinya dengan heran, bermaksud meminta jawaban atas satu pernyataan ambigu yang baru saja lelaki itu utarakan. Haidan menatap Vallerie sejenak sebelum mencuri satu kecupan singkat dan sedikit menyesap pada bibir perempuannya.
“Gimana magangnya?”
Mata Vallerie berbinar saat mendengar satu pertanyaan yang terlontar dari Haidan. Ia mengeratkan pelukannya memajukan badannya lebih mendekat pada Haidan. Siap untuk menceritakan hari-harinya pada sang kekasih diiringi lagu-lagu Ariana, kesukaannya.
Sudah dua minggu Vallerie melaksanakan kewajiban magangnya di salah satu kantor Hukum milik kolega Papa di Jakarta. Sebagai salah satu mahasiswa semester akhir, kegiatan keduanya sudah mulai padat. Terlebih lagi Haidan, dia mengerjakan hasil laporan Kerja Praktek dan skripsinya dalam satu waktu yang bersamaan. Haidan memang akan sangat berambisi jika perihal studinya.
“Seru. Aku sering diajakin sidang sama direkturku. Ini sidang beneran nggak cuma simulasi. Keren banget. Terus kemarin aku tuh dapet kasus— ih, Haidan tangannya, ah.”
Celotehan Vallerie terhenti tatkala ia merasakan usapan lembut jemari Haidan di balik punggung polosnya. Vallerie merasakan lagi gelenyar aneh merambat pada seluruh tubuhnya.
Terus terang sejak tadi Vallerie menahan segala perasaan aneh dalam diri. She tried to control her sanity since they kissed each other while Haidan tried hard to tease her. And now, he rubbed more seductively ‘till he lifted up her clothes. Vallerie kinda turns on now. Haidan’s rubbed really can make her lose her sanity.
“Hm? Why? This is can make you feel warm instead, right? It’s already raining out there.”
Haidan berkata dengan suara seraknya, nada bicaranya kini berubah menjadi lebih berat dan sedikit berbisik. Tubuh Vallerie meremang di dalam pelukan lelaki itu. Tangannya mengusap lengan bagian atas milik Haidan menyalurkan segala rasa yang ada pada dirinya.
Gadis itu semakin menahan nafasnya kala jemari kekar Haidan mengusap kulit hingga menuju buah dadanya.
Vallerie membuang nafas kasar, kewarasannya sudah benar-benar hilang. Di luar sedang hujan namun kamar ini terasa sangat panas bagi Vallerie. “Lanjutin ceritanya.”
“Don't tease me, Haidan.”
“You said, you will make me moan.” ucap Haidan lagi, Vallerie bergidik. Ia gigit pipi dalamnya kuat. “Bercanda doang,” cicitnya lemah dan gusar. Jujur saja, nyali Vallerie seketika menciut apabila menghadapi Haidan dalam mode seperti ini.
“Hm?” Haidan berdehem tenang, jemarinya tak berhenti bergerak di dalam sana. Haidan provoked Vallerie to expose her clothes. He unhooked Vallerie’s bra. Vallerie held back her moan till she felt his hand rubbed her breast slowly, also he pinched it seductively. Vallerie’s can’t stand anymore, she let go off her moaned.
“Instead I can make you moan, Vallerie.”
Benar, memang hanya Haidan yang bisa membuat dirinya menggila hingga menimbulkan desah resah.
Lantas Haidan mendekatkan wajahnya pada Vallerie, membisikkan sesuatu yang membuat sekujur tubuh Vallerie merinding.
“By the way, Vallerie aku belum ngerokok.”
“So, I want your lips for replacement.”
Kemudian Haidan tanpa enggan mengungkung Vallerie di bawahnya. He kissed his girl again in hurry and gently. Seems like guiding Vallerie ride to heaven again. He linked his tongue with Vallerie’s. Invade everything inside her mouth. Vallerie sigh for long.
Segala sesuatu tentang Vallerie, setiap inci dari tubuh Vallerie, serta semua sisi dalam diri Vallerie terasa memabukkan bagi Haidan. Membuat egonya memaksa ingin lebih mengenal Vallerie 'luar dalam' berkali-kali.
Vallerie Haidee is super addicted.
Jemari Haidan masih tak tinggal diam di bawah sana. Dirinya mengusap lukisan berlian biru di antara dada Vallerie seduktif dengan gerakan melingkar. Lalu jemarinya turun menuju perut ramping Vallerie, mengusapnya lembut, that can make her body squirm like want to stay away from Haidan’s touch.
“Haidan ... sayang ….”
Vallerie melenguhkan nama Haidan tatkala jemari lelaki itu terus bergerak liar menelusup masuk kedalam rok pendek gaun tidurnya, merambat hingga sampai pada pusat tubuh Vallerie. Haidan lepaskan satu-satunya kain penghalang yang masih masih menempel pada inti tubuh perempuannya. Haidan approach her hole, touch her clit slowly and sometimes pushing it hardly. Vallerie can’t control her body, her moan, and also her desire now.
Tatapan mereka saling beradu lagi bersamaan dengan tangan Vallerie yang berbalik nakal menelusup masuk ke dalam kaus sang kekasih. Mengusap sensual dada bidang hingga perut atletis lelakinya dan dengan tergesa Vallerie membantu Haidan melepaskan kausnya.
Tubuh bagian atas Haidan kini terekspos, menampilkan satu pahatan indah lekuk tubuh kekar milik Haidan. Ketampanan lelaki itu meningkat ketika Vallerie lihat hanya tersisa jeans robek kesayangannya dan celana dalam dengan tulisan 'Calvin Klein' melapisi tubuh bagian bawahnya.
Vallerie membatin, Haidan adalah yang paling rupawan di antara seluruh laki-laki senatero negeri.
“I adore in every part of you Haidan,” bisik Vallerie menggoda.
Haidan tersenyum miring, cumbuannya turun menuju rahang hingga leher Vallerie. He licks her neck harder. Make some kiss marks on it. Then he kept coming down towards her breast. He licked and rubbed it ‘till Vallerie can’t stop moaning along when his finger’s dipping on her hole so that it can touch her G-spot.
“Haidan, there. I want more, ah.” Haidan smiled.
“More for what? A tempo or a finger?”
“Semuanya Haidan.” jawab Vallerie geram, desah resahnya masih terdengar merdu masuk ke dalam pendengaran Haidan. Lelaki itu tersenyum lagi, ia tatap raut muka resah Vallerie. Mata sayunya kembali bertabrakan dengan milik Vallerie, membawa kepuasan tersendiri dalam benaknya.
“Nggak bisa semua sayang, pilih salah satu,”
“Ah, fuck you!” She cried out in her sigh.
“I choose the tempo,” he said final.
Haidan use his dominant sense when he is on bed.
Lantas lelaki itu benar-benar menaikkan temponya di bawah sana. Vallerie menggila. Kepalanya menggeleng saat merasakan jemari Haidan yang menukik menumbuk titiknya di dalam sana dengan tempo yang meningkat. Haidan still give Vallerie’s body bunch of licks. He thought he should give her a special service tonight.
Haidan will make her feel like a queen.
“Haidan, it’s not your rights to choose, it’s— ahh Haidan I can't!”
Vallerie berteriak kala ia merasakan miliknya berkedut di bawah sana. Otot-ototnya menegang serasa menjepit jemari Haidan dengan kuat. Sesuatu akan meledak. Seperti gerombolan kupu-kupu yang seakan ingin mendobrak dinding rahimnya untuk memaksa keluar, dan akhirnya ia melepaskan pelepasannya kala ia berteriak dan melenguh sambil memuja Haidan berulang kali.
“Haidan, you’re really driving me crazy.”
“I love your finger inside me.”
“You’re insane.”
Haidan tersenyum puas menatap Vallerie. He is proud of himself that can make her come out and he feels satisfied. He licks his fingers with a clear liquid belonging to Vallerie remaining. Vallerie has a grimace. Her heartbeat is pounding. Perlakuan Haidan membuat dirinya kembali diserang gelenyar aneh dari bawah sana hingga membuat miliknya kembali berkedut.
Damn he looks so good right now. The sexiest Haidan Geza Lazuardi.
Haidan tersenyum, ia kembali mengusap lukisan kecil favoritnya pada Vallerie dan melayangkan satu cumbuan lembut untuk sang puan.
Jika ditanya, bagian tubuh milik Vallerie yang mana yang paling Haidan suka? Jawabannya adalah semua, namun bibir tipis merah muda dan lukisan berlian biru di antara buah dadanya akan selalu menjadi spot favorit pria itu.
Haidan menatap Vallerie lamat dengan mata sayunya, ia usap keringat yang menetes pada dahi perempuannya, menyekanya hingga tak bersisa, serta menyisir rambut berantakan Vallerie untuk ia rapihkan. Di luar masih hujan deras, namun dua anak Adam ini justru sangat berkeringat. Suasana kamar tidur Vallerie benar-benar terasa panas sekarang. Haidan berbisik di tengah usapannya.
“Vallerie, you look really beautiful right now. You're prettier. You’re so great. Do you know what else would look so great on you?”
“What’s that?”
“Me. You can feel me when mine already inside you and touches your hole.”
Damn. Haidan with his dirty words is a hooked. Vallerie loves it so much, it’s a different sense.
Vallerie tersenyum nakal, bersamaan dengan lagu Position milik Ariana yang terputar memenuhi sudut ruangan, ia mengusap dada Haidan perlahan. Tangannya meremas rambut pria itu sensual, merambaat menuju tengkuk, dada dan berakhir pada perut atletis milik sang tuan. Haidan mengerang tertahan, rahangnya mengeras. Ada sensasi menggelitik namun nyaman timbul dalam diri Haidan.
Jika ada penghargaan pemberi sentuhan terbaik, Haidan akan menobatkan Vallerie sebagai yang terbaik. Tidak ada sentuhan paling adiktif selain milik Vallerie. Tidak ada yang bisa membuat degup jantungnya seketika berpacu cepat hanya karena sentuhan ringan selain dari jemari lentik milik Vallerie. Jemari itu, seakan memiliki sihir yang dapat membuat Haidan bertekuk lutut. Laki-laki itu sudah benar-benar dibuat hampir gila karenanya.
Vallerie tidak hanya berhasil mengambil hati Haidan, melainkan kewarasannya pula Vallerie curi.
Then, her hand rubbed his body seductively. Her licks creeping into his chest. Vallerie is going wild tonight just for her man.
Napas Haidan tertahan. Ia menghentikan pergerakan Vallerie ketika gadis itu semakin turun menuju perut bagian bawahnya. Haidan tarik tubuh sang gadis agar kembali mendekat padanya. “Stop there, Vallerie it’s enough.”
“It's my turn to realize our making love hour,” lelaki itu berbisik menggoda tepat di hadapan wajah Vallerie. Hembusan nafas Haidan menyapu permukaan kulit Vallerie dengan lembut membuat nafas gadis itu semakin tercekat. Satu album milik Ariana Grande sudah terputar semua dan berhenti sejak tiga menit lalu, namun dua insan ini justru baru saja akan memulai kegiatannya.
Haidan takes off his pants. Took a latex inside his pocket and wear it carefully. Vallerie is also doing the same. She take off her clothes and skirt, showing all the beautiful curves of the body that Haidan adore. They are fully naked right now. Haidan kiss Vallerie's tattoo quickly before he lead his dick into Vallerie's hole. Vallerie sigh, she looked at Haidan resignedly.
“Berapa kali aku bilang kalau kamu adalah perempuan paling cantik sejagat raya?”
Haidan berucap sambil membelai rambut Vallerie, dan tangan kirinya membelai tiap lekuk tubuh Vallerie sensual.
“Harus berapa kali juga aku bilang kalau nggak ada perempuan secantik kamu? Kamu paling cantik dan akan menjadi yang tercantik, Vallerie.” Haidan melanjutkan ucapannya lagi.
Pipi gadis itu memerah mendengar penuturan Haidan. Vallerie tersipu malu, kalimat yang sarat akan godaan yang Haidan keluarkan acap kali membuat perasaannya bak dibawa terbang sampai awan-awan.
Vallerie terengah, nafasnya tertahan, ia merasakan milik Haidan kembali menyapa inti tubuhnya. Haidan memang selalu bisa membuat dia tidak bisa berkata-kata walau sedetik.
“Berapa kali juga aku harus bilang kalau perempuan yang 'katanya' paling cantik ini punya kamu.”
Vallerie mengusap rahang Haidan, nafasnya tertahan kala ia merasa bagian tubuh mereka saling bergesek karena pergerakannya.
“You're prettier, Vallerie. Especially when i look at your face like this,” bisik Haidan, ia layangkan satu kecupan manis pada labium sang gadis.
“There was no exception for you, Haidan, you're really sexiest and hottest especially when I got yours inside me.“
Lantas Haidan membawa tangan Vallerie untuk ia genggam. Ia kecup wajah Vallerie sebelum menekan miliknya untuk masuk membelah pusat tubuh Vallerie. Gadis itu melenguh kala ia merasa pusat tubuhnya terbelah. Ia merintih lirih namun bukan rasa sakit yang dirasa, justru perasaan candu bak terbang melayang menuju langit ketujuh yang ia rasa.
Haidan sejatinya adalah rayuan candu. Haidan itu sejatinya melebihi nikotin, ekstasi atau bahkan jutaan zat adiktif lainnya yang ada di dunia.
Vallerie melenguh keras kala milik Haidan berhasil memasuki inti tubuhnya dengan sempurna. Dirinya juga merasakan hembusan nafas berat Haidan menerpa wajahnya, pun ia melihat bagaimana urat-urat tangan Haidan mengetat bersamaan dengan genggam tangannya yang mengerat. Haidan really look super sexy now.
“Oh, Vallerie. It feels like the first time.“
“It's second, sayang ….“
“Ah, Haidan ….“
Vallerie kembali menyerukan nama sang kekasih di antara lenguhannya tatkala Haidan mulai menggerakkan miliknya dengan tempo pelan di dalam sana. Haidan menggeram merasakan otot pusat tubuh Vallerie menyempit dan menghimpit miliknya.
“Uh, Vallerie it's hot here. I mean you're hot when I look at you under me.“
“Ah, Haidan, you drive me so well. Love me harder, pelase.“
“Vallerie you're mine.“
Ada dering ponsel yang terus menerus berbunyi di antara lenguhan keduanya. Vallerie melirik ponsel miliknya yang berdering di samping dirinya. Melihat siapa 'orang sialan' yang mengganggu kegiatannya dan Haidan menuju surga malam ini.
Nomor dengan nama “Direktur” terpampang jelas pada layar ponselnya yang menyala. Vallerie mengrenyitkan alisnya, entah terheran mengapa atasan di kantornya tiba-tiba menelepon pada malam hari begini atau karena menikmati pergerakan Haidan di bawah sana.
Haidan tak peduli, lelaki itu masih bergerak di atas Vallerie. Menyerang titik tubuh Vallerie dengan tempo konstan dengan sesekali menghentak hingga dapat terdengar lenguhan terputus keluar dari mulut gadis di bawahnya.
Geram Vallerie tak menatap matanya kala mereka tengah bercinta, Haidan raih dagu Vallerie untuk tetap memusatkan atensi sang puan pada dirinya.
“Just look at me now, Vallerie.“
“Ah, Haidan wait. Bosku telepon.”
“I don't fucking care Vallerie, just focus on me!“
Haidan menggeram. Di dalam hatinya ia serukan sumpah serapah untuk bos Vallerie karena telah membuat fokus gadisnya teralihkan dari dirinya. Haidan mulai kesal, ia menambah tempo pergerakannya sedikit lebih cepat membuat Vallerie terperanjat karena itu.
“Ah, Haidan.“
Vallerie melenguh keras-keras, namun dering ponselnya benar-benar sangat mengganggu kegiatan mereka.
Vallerie mengerang frustasi mau tak mau, ia harus mengangkat telepon itu, dirinya mengaktifkan mode speaker dan mulai berusaha menetralkan suaranya agar terdengar baik-baik saja.
“Ekhm, halo pak?”
“Lama sekali angkatnya, Vallerie kamu sudah tidur?”
“Ada perlu apa ya pak?”
Haidan memelankan kembali temponya, berusaha menghargai sang gadis yang sedang melakukan panggilan telepon dengan 'bos sialannya'. Di dalam hatinya ia sudah merutuk dan bersumpah serapah keras-keras. Semoga bos sialan itu tidak mendapat jatah dari istrinya selama sebulan!
“Ini saya sedang dalam perjalanan ke Yogyakarta. Kamu ingat klien kita yang dari Jogja itu? Yang punya masalah sengketa waris dan Perbuatan Melawan Hukum?”
“Ehm … iya pak ingat,” jawab Vallerie berusaha biasa sebisa mungkin. Pasalnya kekasihnya ini sedang dalam mode posesif. Lelaki itu sama sekali tak menghentikan pergerakannya dan malah semakin menggoda Vallerie dengan gerakan-gerakan menghentak dan memutar dalam tempo pelannya. Terkadang mata Vallerie memejam menahan desahannya sekuat tenaga. Vallerie benar-benar dibuat tersiksa oleh Haidan.
“Tolong buatkan kuasa dan somasinya sekarang dan kirimkan ke email saya, ya?”
Seketika mata Vallerie dan Haidan saling menatap dan membola secara bersamaan.
Tugas dadakan yang harus di buat saat ini juga?
Ah, ini tidak benar. Haidan menggeleng keras menolak mentah-mentah perintah dari atasan Vallerie.
“Emm, sekarang pak?”
“Iya sekarang. Besok pagi-pagi sekali saya sampai di Jogja, di rumah Pak Roni. Tolong buatkan kuasa dan somasinya sekarang agar bisa saya Cross check dulu. Saya tunggu ya?”
“Hhh— iya pak, nanti saya buatkan,” jawab Vallerie pasrah, ia membuang nafasnya perlahan hingga nyaris tak terdengar. Dirinya masih menahan gairahnya akibat pergerakan Haidan di bawah sana.
“Oke, segera ya saya tunggu.”
Haidan menghela nafas lega ketika ia merasa atasan Vallerie itu akan segera menutup teleponnya. Setidaknya ia dan Vallerie memiliki waktu singkat untuk menyelesaikan permainan mereka.
Namun badannya kembali gusar, emosinya kembali mendidih saat ternyata ada satu tugas yang benar-benar harus Vallerie kerjakan saat itu juga. Haidan menggeram kesal, sangat kesal.
“Oh iya, Vallerie saya minta tolong cek KUH Perdatanya, tolong lihat pasal berapa tentang larangan membuat perjanjian dengan harta waris.”
“H-hah?”
“Saya tidak bawa KUH Perdata Vallerie, di tempat kamu pasti ada. Tolong cek untuk saya, barang-barang yang tidak dapat diperjanjikan.”
“Sekarang pak?”
“Ya iya sekarang, saya tidak akan mematikan teleponnya sampai kamu menemukan pasal itu.”
Vallerie gusar, ia tatap Haidan yang raut mukanya sudah memerah menahan kesal. Gerakannya tak terhenti namun ia lakukan sangat pelan. Vallerie menggigit bibir bawahnya sebelum membisikan sesuatu yang membuat kekesalan Haidan berubah menjadi kemarahan.
“Haidan … awas dulu, aku mau nyari BW-ku, maaf.”
Haidan tak mengindahkan ia justru menaikkan temponya dengan sangat cepat hingga membuat badan Vallerie terlonjak dan bergerak dengan sendirinya. Haidan tak peduli ia menumbuk milik Vallerie dengan keras hingga membuat napas Vallerie hampir hilang karenanya. Vallerie kesulitan menahan desahnya, ia melirik layar ponselnya, nama “Direktur” masih tertera dengan panggilan yang masih tersambung.
“Ah, Haidan please.“
Vallerie menjauhkan ponselnya, mengaktifkan mode sunyi panggilannya. Ia merintih berbisik memohon kepada Haidan.
“Jangan kayak gini, ah,” Vallerie berbicara tanpa suara.
“Vallerie, sudah ketemu?” “Halo?” “Vallerie? Lho, kok tidak ada suaranya?” “Halo, Vallerie?” “Susah sinyal apa gimana ini? Hallo Vallerie?”
Maka dengan gerakan spontan Vallerie mendorong tubuh Haidan sedikit keras hingga melepaskan tautan mereka secara paksa.
“Hhh— iya pak ini lagi dicari.”
Vallerie mengembuskan nafas pelan, menetralkan degupan jantungnya. Ia tatap Haidan dengan tatapan bersalahnya lalu bangkit menuju rak buku yang berada di atas meja belajarnya. Ia bahkan tak pedulikan tubuhnya yang tak berbalut kain barang sehelai pun.
“Anjing!“
Haidan menggeram kesal, ia mengumpat tertahan. Sesuatu di dalam dirinya yang bergejolak tak berhasil keluar dan seakan tertahan pada ujung ubun-ubunnya. Haidan benar-benar kesal saat ini. Bos Vallerie benar-benar sangat mengganggunya. Akan ia cari 'bos sialan' itu sampai ketemu dan membuat perhitungan.
Haidan mengubah posisinya menjadi telungkup. Ia sembunyikan wajahnya pada selimut tebal Vallerie di hadapannya. Lelaki itu berteriak frustasi hingga membuat Vallerie yang mendengarnya hanya bisa menggigit bibir bawahnya tak enak.
Terus terang, Vallerie juga marah, ia juga kesal kegiatan nikmatnya harus kena tanggung seperti ini. Namun dibandingkan Vallerie, sepertinya kadar kemarahan Haidan jauh lebih besar.
Haidan bangkit dari rebahnya, ia raih celana ketat bertuliskan 'Calvin Klein' miliknya dan menggunakannya secara asal.
“Ketemu tidak, Vallerie?”
“Iya pak sudah ketemu. Pasal 1334 bukan, Pak?”
Vallerie menatap Haidan tak enak, bibirnya berucap maaf berkali-kali tanpa suara, tangannya sampai ia satukan seakan memohon maaf sebesar-besarnya pada Haidan. Lelaki itu menatap Vallerie datar tak mengindahkan, kemudian mengambil satu bungkus rokok dan pemantik miliknya dengan tak minat lalu melenggang keluar menuju ruang tengah, meninggalkan Vallerie sendirian dengan 'kitab dan bos sialannya' itu.
“Coba tolong bacakan.”
“Pasal 1334 ….”
Ini pertanda buruk bagi Vallerie. Haidan, kekasihnya benar-benar marah.
Sudah tiga puluh lima menit lamanya Haidan terduduk lesu dengan satu batang Malboro-nya yang menyala. Sendirian, di hadapan lukisan abstrak kesukaan Vallerie. Ia hembuskan asap rokok miliknya sembarang sambil menatap lukisan di hadapannya datar dan tak ada minat, sesekali jemarinya memainkan batang rokoknya dengan gerakan memutar.
Diam-diam Vallerie berjinjit di belakangnya, tubuhnya sudah berbalut gaun tidurnya kembali. Gadis itu sudah menyelesaikan segala pekerjaan dadakannya dalam waktu kurang dari tiga puluh menit. Vallerie itu sebenarnya cerdas, meski tak secerdas Haidan.
Gadis itu dengan ragu-ragu menghampiri Haidan seakan takut, namun tetap saja tangan mungil Vallerie akhirnya melingkar pada leher polos kekasihnya. Ia menaruh dagunya di pundak Haidan, sesekali menciumi leher pria itu berulang-ulang.
Vallerie sedang mencoba menuntut maaf dari kekasihnya.
“Sayang,” lirih Vallerie pelan.
Haidan diam tak menjawab. Nyali Vallerie semakin menciut dengan diamnya Haidan. Lelaki itu marah bukan main sepertinya.
Lantas tangan Vallerie mengusap dada bidang Haidan sedikit menggoda disertai dengan kecupan kecupan ringan yang terus ia layangkan pada leher jenjang lelaki itu. Haidan masih setia dalam diamnya dengan rahangnya yang sedikit mengeras.
“Sayang, maaf.”
Vallerie berucap lagi, nada suaranya dibuat selembut mungkin untuk menarik atensi Haidan.
“Haidan.”
Vallerie memanggil lagi. Tangannya masih mengusap bagian tubuh Haidan yang terbuka dengan lembut dan menggoda.
“Maaf sayang, ayo lagi,” ajaknya.
“Udah nggak mood,” jawab Haidan singkat, dalam hati Vallerie meringis.
“Ya udah kamu mau gimana? Kamu mau aku kayak gimana, hm?”
Suara lembut Vallerie masuk tepat pada telinganya, bahkan helaan napas gadisnya pun tak luput ia rasakan pada telinga, and sometimes this girl lick Haidan's ears with full of temptation. Honestly, Haidan has provoked, he's kinda turned on again. Apalagi saat ia merasakan jemari Vallerie mengusap tengkuknya lembut membuat tubuhnya bergidik merinding.
Ah, kenapa Haidan lemah sekali hanya karena usapan seorang Vallerie? Harusnya ia bisa merajuk lebih lama lagi.
Let's repeat his words again before, that Vallerie's touching so addicting and it is can be his biggest weakness.
“Beneran masih marah? Aku ngajak 'lagi' loh, Yang.“
Usapan Vallerie semakin intens menuju perut bagian bawah Haidan. Ia tahu betul Haidan sedang menahan libidonya mati-matian saat ini.
Lantas dengan satu gerakan pasti Haidan membawa Vallerie ke dalam pangkuannya. Mengungkung tubuh sang gadis posesif dan membisikan sesuatu yang berhasil membuat Vallerie meremang dan tersenyum lega di saat bersamaan.
“Don't blame me if tonight I'll make you crying a lot and moan desperately for all this night long.“
Vallerie menngecup labium Haidan sekilas dan menyesapnya sebelum membalas perkataan kekasihnya, ia rasakan nikotin masih tertinggal dalam birai Haidan, sejujurnya Vallerie tidak menyukai itu namun tidak apa untuk saat ini karena Haidan sedang merajuk.
“Go on, sayang, please give me a chance to drain my Saturday drip for you.“
Ternyata memang benar, ia akan melewati Sabtu malam yang panjang bersama Haidan dengan sama-sama terjaga hingga akhirnya berganti pagi.
© markablee