Mimpi yang Begitu Nyata
Lagi-lagi Zaffran terbangun di sebuah taman dengan hamparan rumput hijau dan bunga-bunga matahari disekelilingnya. Bedanya dia hanya seorang diri disana, tidak ada kain piknik bercorak kotak berwana cream yang berisi dengan makanan ringan dan juga sosok cantik Nata berbalut dress putih yang tersenyum hangat menatapnya.
Dia menatap sekeliling juga sekaligus memperhatikan dirinya sendiri, entah sejak kapan dirinya berganti pakaian menggunakan kemeja putih dengan dua kancing atas yang terbuka juga dengan rambut gondrong nya yang hampir saja menutupi jarak pandangnya. Pandangannya berkeliling mencari sosok Nata yang hilang. Kemudian dia melihat satu cahaya terang yang sangat menyilaukan matanya. Tangannya terangkat menghalangi cahaya terang itu menembus masuk ke matanya. Perlahan tapi pasti kaki Zaffran melangkah menghampiri cahaya itu.
Sudah sepuluh langkah lebih dekat, cahaya terang itu justru semakin terang hingga benar-benar Zaffran tidak dapat melihat apapun yag ada dihadapannya, matanya menyipit hampir menutup tak tahan dengan sinarnya. dia berhenti berjalan. Benaknya bertanya-tanya ada apa di balik sinar terang itu? Ia kembali mencoba melangkahkan kakinya perlahan namun sepersekian detik kemudian dia berhenti tatkala mendengar suara puan yang amat familiar di telinga.
“Mas Zaffran” Seketika Zaffran berbalik mencari sumber suara tersebut, kepalanya menengok kesana kemari dengan pandangannya yang mengintari taman itu.
“Nata” Bisiknya lirih.
“Sayang, bangun ya?” Suara Nata kembali berputar dikepalanya, dia berjalan menjauhi cahaya itu dan segera mencari sumber suara Nata. Mencari dimana keberadaan puannya itu.
“Nat, kamu dimana?” Zaffran berseru kencang setengah berteriak, entah berapa kalipun dia mengintari taman itu, namun sosok Nata tetap tidak dapat ia temui. yang ada hanya suara Nata yang memanggil-manggil namanya sambil terisak, Zaffran sendiri mulai kalut, dia tidak tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya. Yang ia lakukan kali ini hanyalah berlari kesana kemari tak tentu arah mengintari taman bunga matahari ini sambil terus menyerukan nama Nata.
“Kamu mau denger sesuatu gak?” Seketika degup jantungnya behenti bersamaan dengan langkahnya yag berhenti tiba-tiba tatkala mendengar bisikan suara Nata lagi. Nafasnya terengah, detak jantungnya tiba-tiba berpacu cepat ketika mendengar bisikan lembut suara Nata tepat pada telinga, bisikan Nata menyapa lembut hatinya namun di sisi yang sama juga sangat menyayat hatinya.
“I love you, I really do” Bersamaan dengan bisikan suara Nata yang mampu membuat dadanya di tusuk oleh ribuan jarum dalam satu waktu. Zaffran akhirnya mendapati sosok Nata yang berdiri jauh di depannya, masih dengan gaun dan senyum yang sama seperti mimpinya sebelumnya. Nata tersenyum hangat kemudian melambaikan tangannya pada Zaffran seakan menunggu Zaffran menghampiri.
Zaffran tersenyum ia dengan tanpa ragu melangkahkan kakinya menuju belahan jiwanya. Belum sempat ia melanjutkan satu langkahnya, tiba-tiba hembusan angin kencang menabrak dirinya hingga membuat dadanya berdenyut nyeri begitu dahsyat. Bayangan peristiwa kecelakaan yang menimpa dirinya kembali berputar jelas diotaknya. Zaffran terhempas kuat, dirinya hanya bisa pasrah menerima tekanan tersebut dan hanya bisa kembali menutup matanya pasrah. Ia pasrah atas rencana Tuhan padanya, ia sudah sangat ikhlas ketika Tuhan meminta dirinya untuk kembali ke sisi-Nya, Ia sudah mengikhlaskan semua nya dan meninggalkan semua rasa yang membuncah didadanya untuk kembali dipeluk Tuhan.
Dan hanya satu dibenaknya saat ini, hanya satu kata yang ingin sekali dia keluarkan sebelum dirinya hilang. dan satu kata itu tidak pernah dapat ia sampaikan sekalipun didepan belahan jiwanya.
Tubuh Zaffran terhempas keras, punggungnya seakan menabrak sesuatu yang menahannya dan rasanya sangat sakit sekali. Nafasnya tercekat dengan mata yang masih setia menutup merasakan sakit akibat hantaman keras pada punggungnya.
Kemudian dengan sekali guncangan ia membuka matanya lebar-lebar dengan dada berdenyut nyeri serta tubuh yang terasa remuk seperti tak berbentuk. Lalu ia edarkan pandangan matanya ke arah sekelilngnya, dilihatnya samar atap putih dengan banyak lampu neon di atasnya, juga aroma antiseptik dan peralatan medis yang menyeruak masuk ke hidungnya, dan suara alat pendeteksi detak jantung yang masuk ke gendang telinganya.
Dan sekali ia merasakan tangan besar keriput mengangkat pelan pergelangan tangannya dan menempelkan kedua jarinya pada nadinya, lalu beralih membuka paksa namun pelan kedua kelopak matanya. Setelah itu tangan keriput itu menjauhi tubuhnya dan berdiri disampingnya, Zaffran merasakan badannya tidak bisa ia gerakkan bebas kemudian melirik pelan dan merasakan sakit pada bola matanya, ia mendapati sosok pria berusia lanjut dengan jas putih bersih disertai stetoskop di tangan kanannya, juga didampingi oleh lima orang wanita dan pria yang mengenakan pakaian biru dan samar-samar ia mendengar perkataan orang-orang yang sedari tadi berkumpul mengelilinginya.
“Pasien sudah sadar, Dok”
: markablee