Kronologi


Rendra duduk di ruang tunggu IGD RS NEO bersama seorang perempuan yang terlihat cemas. Perempuan itu adalah pengemudi yang menyerempet motor Jarrel tadi. Belum ada sepatah katapun yang terucap dari mulut keduanya. Rendra melihat raut cemas dan ketakutan yang tercetak di wajah perempuan disampingnya ini.

Di tambah muka Rendra yang sangat tidak bersahabat semenjak mereka bertemu di pinggir jalan, saat ia melihat sahabat nya tergeletak tak sadar di bahu jalan di perempatan dekat kampusnya.

“Gimana kok bisa nyerempet temen saya mbak?”

Akhirnya Rendra bersuara, Perempuan itu mengadah menatap Rendra tak enak, nafasnya ia hembuskan perlahan untuk menetralkan rasa gugup dan takutnya. Takut-takut yang dia serempet tidak baik-baik saja dan mengalami luka yang cukup serius.

“Memang salah saya mas” cicit perempuan itu  Rendra terdiam seakan menuntut penjelasan lebih dari lawan bicaranya.

“Jadi tadi temen mas nya, yang pakai motor dari lampu merah itu mau belok ke kanan, tapi saya gak lihat. Berhubung waktu itu lampu nya juga sudah hijau dan jalanan agak sepi jadi saya... saya dari arah lain agak ngebut bawa mobil nya, saya.. saya juga gak liat kalo motor temen mas nya mau belok,

Jadi saya dari arah berlawanan gak sengaja nyerempet motor temen mas nya, sampe dia kebanting di bahu jalan, posisi nya wkatu itu saya juga lagi ngebut. Jadi mungkin agak parah...” perempuan itu menjelaskan detail kronologi kejadian kepada Rendra dengan suara rendah, terdengar seperti ada sebuah penyesalan di dalamnya.

“Maaf mas, saya beneran gak sengaja. Saya bakal ganti rugi kok sampe temen mas nya sembuh”

Rendra mengehela nafas mendengar penuturan perempuan di sebelahnya ini. Dia kembali membayangkan bagaimana mengenaskannya tubuh Jarrel saat ia temukan di bahu jalan. Muka penuh luka dan darah serta tangan kanan nya yang telrihat seperti patah, belum lagi jaket dan celana yang ia kenakan sudah tak beraturan. Seakan-akan ia ingin menonjok dan melampiaskan amarahnya kepada orang yg membuat sahabatnya sekarat seperti itu. 

Namun setelah mendengar penjelasan dari perempuan tadi rasanya Rendra tidak tega dan tidak punya kuasa untuk memarahinya, Rendra sudah melihat raut penyesalan dari wajah perempuan itu.

“Rendra, gimana Jarrel?” Rendra melihat bunda Onit berjalan menuju ke arahnya dengan langkah tergopoh. Dia langsung menghampiribRendra dan bertanya perihal keadaan anaknya.

“Masih belum sadar Bun” jawab Rendra menyesal, telrihat Bunda Onit menangis khawatir membuat dirinya tambah bingung harus gimana.

“Bunda tadi dokter mau jelasin kondisi Jarrel, tapi berhubung Bunda belum dateng tadi sempat ketunda karena yang boleh dengar kondisinya langsung cuma wali nya Bun” jelas Rendra, Bunda Onit menghembuskan nafasnya menetralkan tangis nya dan tersenyum kepada Rendra

“Kalo gitu bunda ke ruangan dokter dulu”

“Bunda mau Rendra temani?”

“Gak usah sayang, bunda gak papa tolong jaga Jarrel ya kabarin Bunda kalo Jarrel udah sadar” Rendra mengangguk patuh, Bunda Onit melirik ke atah perempuan di sebelah Rendra, yang dilirik hanya diam menunduk, tak berani membalas.


;markablee