Kehilangan

Tw // mention of dead, suicide

Nata sudah menangis semenjak ia mendapat kabar dari Kenzo hingga sekarang mereka dalam perjalanan menuju Bandung untuk menghadiri proses pemakaman Ajeng. Rasanya hidupnya berada di dalam Pucak komedi. Kabar mengejutkan yang di berikan oleh Kenzo benar-benar tidak pernah di bayangkan oleh Nata selama hidupnya. Dia tidak pernah sedikitpun membayangkan bahwa hidup sahabatnya itu ternyata sangat sulit dan berat sampai sahabatnya ini tidak lagi memiliki kekuatan untuk bertahan. Bagaimanapun Nata merasa ini salahnya, ini salahnya karena dia tidak mau mendengarkan penjelasan dari Ajeng atas tindakannya, ini salahnya karena dia tidak memberikan sahabatnya itu kesempatan untuk bercerita, ini salahnya karena dia tidak peka akan perubahan sikap Ajeng selama ini dan terkesan tidak peduli padanya, ini salahnya karena dia tidak pernah tanya kenapa saat tiba-tiba perempuan itu menarik diri darinya. Ini semua salahnya.

Ketika Kenzo dan Nata sampai, tempat pemakaman itu ternyata sudah sepi dari para pelayat yang mengantarkan Ajeng ke tempat peristirahatan terakhirnya. Nata dengan dress hitam selutut berjalan gontai dengar air mata mengalir lagi dari pelupuk matanya, disusul oleh Kenzo di belakangnya. Sampai pada langkahnya yang tepat di depan gundukan tanah merah yang masih basah dan taburan bunga yang masih baru dengan nisan bertuliskan Ajeng Pramesti membuat kakinya lemas tak bertenaga hingga tak kuat menopang tubuhnya sendiri untuk berdiri. Kalau saja tidak ada Kenzo yang memeganginya dia mungkin sudah ambruk terduduk lemas di tanah.

Nata meremat lengan kanan Kenzo yang berada pada kedua tangannya seakan meminta kekuatan, di balas oleh usapan pada bahu kanan Nata dengan tangan kiri Kenzo yang sedari tadi merangkulnya. Nata melepaskan kedua tangan Kenzo dari badannya kemudian berdiri tegak lalu menghembuskan nafas pelan menetralisir perasaannya kemudian dia berlutut menatap lamat gundukan tanah merah di hadapannya.

Tangan gemetar Nata meraih nisan putih itu kemudian mengelusnya pelan. Seketika tangis Nata pecah tak tertahan hingga mengeluarkan isakan keras dan membuat bahunya berguncang naik turun dengan cepat.

“A..jeng” “Jangan hukum gue gini” “T..tolong gue gak sanggup”

Nata mengeluarkan suara tertahan di sela-sela tangisannya. Ia bahkan tidak kuat untuk berbicara lagi, hatinya sangat hancur sekarang. Entah berapa kali kehilangan lagi yang akan datang pada hidupnya, yang jelas ia merasa Tuhan sedang menghukumnya.

“Ajeng maaf. Maafin gue jangan kayak gini please, gue minta maaf. Gue salah, Ajeng...”

“Jangan tinggalin gue Jeng, gue mohon. Ajeng gue gak punya temen lagi selain lo. Kalo lo gak ada gue sama siapa?”

Suara rintihan dan isak tangis Nata membuat Kenzo ikut meringis, hatinya ikut tersayat pedih kala nya, hancur sekali ia melihat Nata seperti ini. Dia merangkul pundak Nata dan mengusapnya pelan membisikan kata-kata yang ia pikir dapat membuat hati nya membaik.

“Ssstt udah ya Nat, ikhlas” Nata menggeleng di sela tangisnya. Kenzo tak tahan, segera ia rengkuh kepala gadis itu untuk masuk ke dalam peluknya. Air matanya berhasil lolos diam-diam kala ia merengkuh Nata, di usapnya kepala gadis itu untuk memberikan ketenangan.

“K..kak, Ajeng ninggalin gue kak, dia pergi. Gue sama siapa disini” , “Kak gue salah banget sama Ajeng tapi kenapa dia hukum gue kayak gini”

“K..kak gue. Gu- hks hks hhh”

Kenzo semakin mengeratkan pelukannya pada Nata. Gadis didepannya ini sudah banyak sekali mengalami kesulitan di dalam hidupnya. Demi Tuhan jika ia bisa ia akan marah pada semesta karena telah memberikan luka begitu banyak pada gadis ini.

“Ssst udah ya Nat, ikhlas ya. Ini jalan yang di pilih Ajeng, ikhlas ya biar dia tenang perginya”

“Kita balik aja ya. Lo udah ga kuat lagi, ya Nat?”

Kenzo melepaskan regkuhannya dan membantu Nata untuk berdiri kemudian menuntunya pergi meninggalkan area pemakaman. Nata menoleh sejenak sebelum meninggalkan area itu kemudian dengan berat hati ia mengikuti langkah Kenzo yang menuntunya.

'lo gak salah, Nat'


; markablee