Kebenaran

Sudah 30 menit berlalu ketika Nata turun dari taksi online yang ia tumpangi dari rumahnya menuju Kantor Catatan Sipil di wilayah Jakarta Selatan. Dia hanya terdiam menatap bangunan besar di depannya dengan hingar bingar orang-orang yang masuk berlalu lalang, berdiri di tempat ia diturunkan oleh taksi online yang ditumpanginya.

Ada sedikit keraguan di benaknya untuk memasuki gedung itu. Terlalu banyak spekulasi dan pertanyaan yang bersarang dibenaknya saat ini. Dan dari semua itu jauh dari dalam hatinya dia berharap bahwa semua yang ada di kepalanya itu hanya sebatas ada di kepalanya, dan tidak pernah menjadi sebuah kenyataan.

Dirinya kini terlalu takut untuk memasuki gedung itu seorang ini. Dia memang tidak mengatakan apapun pada Zaffran perihal kegundahan nya akhir-akhir ini dan berusaha bersikap seperti biasanya. Namun Nata bukan pembohong ulung, seberusaha apapun dia untuk berpura-pura tapi mata dan gerak-geriknya tak bisa bohong. Zaffran sempat merasakan perbedaan dari sikap Nata akhir-akhir ini namun di tepis keras oleh Nata untuk meninggalkan kecurigaan. Pun perihal dia mendatangi instansi ini juga dia tidak memberitahu Zaffran. Yang Zaffran tau istrinya sedang berdiam dan bersantai di rumah sambil menonton televisi. Padahal kenyataannya sang istri sedang berdiri kebingungan di depan kantor catatan sipil demi mencari pembenaran sekaligus -harapannya- mencari sangkalan atas semua yang ada di pikirannya.

Akibat dia tidak kuasa untuk memasuki gedung itu sendiri, maka dia putuskan untuk menghubungi Kenzo. Nata pikir Kenzo dapat membantu dan menemaninya. Di samping ia berpikir bahwa tak mungkin ia ceritakan semua pada Jiro dan mama serta Ajeng yang sedang berada di luar kota dan sepertinya sedang tidak memiliki mood yang bagus untuk membantu dirinya. Maka satu-satunya harapan yang bisa ia andalkan adalah Kenzo.

20 menit berlalu. Kenzo tak juga menunjukan batang hidungnya, Nata melirik ponselnya kembali, mulai berpikir apakah dia harus masuk sendiri kedalam atau kembali saja memesan taksi online dan pulang ke rumah. Sebab dia sendiri masih tidak terlalu yakin untuk datang ke sini, ego dan pikiran pendek nya yang membawa ia sampai sini. Namun belum sempat ia berbalik arah seseorang menepuk pundaknya pelan dan memanggil namanya.

“Nat,” Nata menoleh ketika mendapati Kenzo sudah berdiri di sampingnya dengan kemeja putih panjang bergaris dengan celana jeans yang sobek di bagian lututnya. Rambutnya ia biarkan menutupi dahi dan hampir mengenai matanya. Nata sempat terkesiap melihat penampilan Kenzo pagi ini namun dengan cepat ia peroleh kembali kesadarannya.

“Kak”

“Lo, ngapain kesini?”

“Gue juga gak tau ngapain gue kesini kak”

Nata menjawab lemah pertanyaan Kenzo. Kenzo mengernyit, tebakannya benar Nata sudah mulai ragu dengan pernikahannya namun sayangnya ia tidak punya cukup keberanian untuk menerima kebenaran.

“Lo udah mulai ragu kan sama pernikahan lo?”

Nata terdiam tak menjawab. Kenzo mengerti ada ketakutan di benak Nata saat ini, pun dia juga tidak bisa menerima kalau saja ketakutan yang ada di kepalanya ini benar-benar terjadi dan berujung membuat ia kecewa karena mengetahui fakta bahwa benar ia di bohongi oleh keluarga bahkan sahabat dekatnya sendiri.

“Nat, gue pernah bilang ikutin kata hati lo kan?”

“Ayo, kak temenin gue masuk.”

“Gue mau tau akta perkawinan gue sama Zaffran ada gak di catatan sipil”

Kenzo sedikit terkesiap, ia menatap Nata yang juga sedang menatapnya. Terlihat keraguan dan ketakutan di dalam sorot matanya, hatinya sedikit tertekan saat ia merasakannya. Perlahan tangannya memegang bahu Nata.

“Nat, listen. Apapun yang lo dapet dari dalem, itu adalah kenyataannya dan jangan pernah lo merasa bersalah dan menganggap ini semua kesalahan lo, karena bukan lo yang salah disini”

Nata mengangguk kemudian menarik nafasnya pelan lalu melangkah memasuki gedung instansi tersebut disusul oleh Kenzo di belakangnya.

“Halo, selamat pagi ada yang bisa kami bantu?”

“Saya mau tanya akta perkawinan atas nama Renata Larasati dan Zaffran Annar Liandra terdaftar disini gak ya mbak?”

“Mohon maaf ada keperluan apa Bu?”

Nata terdiam menatap Kenzo bingung menjawab apa, lalu dengan sigap Kenzo menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh petugas pelayanan itu.

“Saya kuasa hukum ibu Renata Larasati, kami ingin memastikan semua dokumen perkawinannya karena diduga dokumen yang saat ini di pegang ibu Renata itu dokumen palsu, jadi kami ingin memastikan”

Nata menoleh cepat ke arah Kenzo kedua alisnya mengernyit tidak setuju dengan alibi yang dikatakan Kenzo kepada petugas pelayanan. Kenzo hanya mengangguk pelan meyakinkan Nata.

“Apa akta yang di miliki ibu Renata di bawa?”

“Tidak saya bawa, Bu”

“Kalau begitu sebentar saya cek dulu ya” Nata dan Kenzo mengangguk sambil memperhatikan petugas pelayanan yang sedang mengecek data dengan penuh harap.

“Mohon maaf Pak, Bu apa boleh saya tau nomor akta nya berapa? Karena tidak ada akta perkawinan yang terbit atas nama Renata dan Zaffran atau mungkin ibu bisa menyebutkan NIK nya untuk saya cek ulang”

Ekspresi Nata berubah seketika saat mendengar penuturan petugas pelayanan, jantungnya berdenyut dan berdegup kencang saat ini, pupil matanya melebar tak percaya, bingung untuk memberikan respon apa kepada petugas pelayanan.

“Bu, maaf?”

“Nat,”

Suara petugas pelayanan dan Kenzo berhasil membuyarkan lamunannya, matanya mengerjap kemudian dia berdehem dan meminta maaf kepada petugas pelayanan, lalu dia menyebutkan Nomor Induk Kependudukan miliknya sambil memperhatikan petugas itu yang sedang mengetikan apa yang diucapkannya.

Ekspresinya penuh harap saat ia selesai menyebutkan Nomor Induk Kependudukan miliknya kepada petugas pelayanan untuk di cek. Dan seketika bahunya merosot lemah saat dia melihat petugas pelayanan itu menggeleng dan mengatakan bahwa tidak ada akta perkawinan atas nama Renata Larasati dan Zaffran Annar Liandra yang tercatat di dinas kependudukan dan catatan sipil di sana dan status dari Nomor Induk Kependudukan Nata juga tertulis lajang, artinya tidak ada pernikahan yang terjadi antara Nata dan Zaffran.

Kepala Nata seketika pening, dia terdiam sejenak untuk mencerna semuanya. Bahkan perkataan petugas pelayanan yang memberikan saran untuk memeriksa ke Kantor Urusan Agama di kecamatan tempat ia mendaftarkan pernikahannya pun tidak ia dengar.

Seketika pikirannya melayang dan tertarik pada bayangan masa-masa dimana Zaffran yang tiba-tiba menghampirinya di bandara dan mengaku sebagai suaminya. Bagaimana ia melihat foto-foto pernikahannya dengan Zaffran serta buku nikah yang ditunjukkan Zaffran kepadanya. Bagaimana sang mama, sang adik, dan sahabatnya itu memberikan keyakinan kepadanya seolah-olah pernikahan itu benar terjadi. Bagaimana mereka semua yang ia percayai memainkan peran dengan sangat apik sampai-sampai Nata percaya begitu saja dan tak terfikir untuk memeriksa semua keaslian dokumen tersebut. Nata merasa dirinya sangat amat bodoh dan amat bersalah kepada dirinya sendiri karena berhasil di bohongi oleh seorang Zaffran.

“Nat, hei” “Nat, are you okay?”

Kesadarannya kembali saat tangan kekar Kenzo menepuk pundaknya, dia mengerjap lagi dan menyadari bahwa dirinya dan Kenzo kini sudah berada di dalam mobil Kenzo. Bahkan Nata tidak sadar ketika Kenzo menariknya untuk keluar dari gedung instansi itu dan membawanya masuk menuju mobil milik Kenzo.

“Nat, are you okay?” Kenzo mengulangi pertanyaannya kepada Nata. Nata terdiam lalu menggeleng lemah.

“Kak” Nata memanggil Kenzo lirih seakan ia tak memiliki tenaga lebih untuk sekedar berbicara.

“Barusan petugas pelayanannya bilang kita bisa cek ke kantor KUA tempat lo sama Zaffran daftarin pernikahan kalian karena bisa aja pegawai KUA belum daftarin akta perkawinan kalian ke catatan sipil. lo tau dimana? Kita bisa cek sekali lagi buat mastiin, Nat”

Nata menggeleng lemah lalu mengusap wajahnya gusar.

“Tapi gak mungkin kan KUA bisa lupa daftarin ke catatan sipil selama 4 tahun?” Kenzo terdiam lagi-lagi.

“Kita coba pastiin dulu, Kita ke KUA di kecamatan rumah lo, ya?” Nata menatap Kenzo lama setelah kemudian mengangguk menyetujui saran dari Kenzo. Dengan segera Kenzo menancapkan gas nya menuju KUA di daerah rumah Nata.

***

Kini mereka sudah kembali ke mobil Kenzo, bahu Nata semakin merosot saat mendengar keterangan dari pegawai kantor KUA tempat dimana ia tinggal berkata bahwa tidak pernah terjadi pernikahan antara Zaffran Annar Liandra dengan Renata Larasati. hal itu di perkuat dengan keterangan status Nata yang masih lajang yang ia dapat dari kantor catatan sipil sebelumnya.

Nata tidak tahu harus bereaksi seperti apa, yang ia tahu ia benar-benar telah di bohongi dan di bodohi oleh keluarga dan sahabatnya. Perasaannya berkecamuk bercampur menjadi satu, perasaan marah, kecewa, sakit hati semuanya ia rasakan dan memenuhi hatinya.

Kenzo menyodorkan air mineral ke arah Nata, dan di terima dengan senyum terpaksa oleh gadis disebelahnya itu.

“Kak gue bodoh banget gak sih?” “Lo bener. Gue di tipu sama keluarga gue sendiri. Gue ditipu sama Zaffran”

Kenzo masih enggan membalas perkataan Nata, ia memberikan kesempatan kepada Nata untuk terus melanjutkan kalimatnya. Ia sangat mengerti perasaan kecewa Nata saat ini dan kenyataan yang baru saja Nata dapatkan pastilah sulit untuk di terima dengan lapang dada.

“Maksudnya apa coba kak?” “Perasaan gue emang sebercanda itu ya?” “Mereka anggap gue apa sih kak?”

Tanpa sadar air mata Nata menetes dari pelupuk matanya, dadanya bergemuruh, emosi nya membuncah. Bagai di hantam batu dan disambar petir nasib dan kebahagiaannya berubah 180 derajat dalam sehari. Kenyataan baru yang ia dapatkan hari ini benar-benar membuat dirinya terguncang. Rasanya ia ingin sekali memukul semua yang ada di hadapannya, menangis meraung dan berlari menghampiri Zaffran lalu menampar mukanya. Dan menghampiri Ajeng lalu berteriak di depan wajahnya mengeluarkan semua kekesalan dan rasa kecewanya.

Tetesan air mata kembali lolos saat Nata memejamkan matanya. Kepalanya tertunduk, tangannya meremas ujung rok yang ia kenakan. Pikirannya melayang pada Jiro dan mama, dadanya semakin sesak ketika ia mengingat bahwa adik dan mama kandungnya ikut andil dalam sandiwara ini. Hancur sudah semuanya, hancur sudah seluruh kepercayaan yang dia bangun untuk adik kesayangannya serta mamanya. Akal sehatnya masih tidak bisa memikirkan bagaimana teganya keluarga yang selama ini menjadi rumah dan menjadi tumpuannya melakukan sandiwara kejam atas dirinya. Sakitnya lebih terasa dibanding apapun. Apa kesalahan yang ia lakukan sampai ia mendapatkan kepahitan ini? Salah apa dia pada semesta sampai semesta menghukumnya seberat ini?

Nafas Nata tercekat dia berusaha untuk meredam tangisnya agar tak bersuara, dia sadar bahwa disebelahnya masih ada Kenzo, dia tidak ingin menangis di depan matannya itu.

“Jangin di tahan Nat, anggap aja gue gak ada”

Seketika tangis nya pecah memenuhi ruangan mobil Kenzo. Nata menunduk semakin dalam, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya yang gemetar. Bahunya bergetar hebat naik turun dengan suara isak pilu yang keras, membuat Kenzo mengepalkan tangannya erat menahan gemuruh di dadanya.

Sejak dulu Kenzo memang tidak pernah bisa melihat Nata menangis, dia tidak akan biarkan setetes pun air mata jatuh di mata Nata. Dan sekarang perempuan itu menangis di hadapannya, perempuan yang sempat ia cintai sedang menangis kencang di hadapannya dengan suara isakan pilu. Membuat dirinya ingin menarik tubuh Nata untuk bersandar di dadanya, memeluknya erat dan menghapus air mata Nata yang menetes lalu berkata dia akan selalu disini, dia akan selalu berada disini untuk menghapus air matanya.

Di benaknya ia bersumpah akan memberi pelajaran untuk orang yang sudah membuat perempuan ini menangis, entah siapapun itu, Kenzo tidak bisa memaafkannya.

“Nat,” Nata tak bergeming ia masih menangis kencang, Kenzo tidak tahan lalu dia meraih tubuh Nata untuk ia dekap. Nata membalas dekapan Kenzo, ia melingkarkan tangannya di pundak Kenzo dan meneggelamkan kepalanya di dada Kenzo, semakin menangis didalam dekapan Kenzo. Tangan Kenzo terulur mengusap puncak kepala Nata untuk memberikan ketenangan tanpa sepatah kata ia keluar kan, ia biarkan Hoodie yang dia kenakan basah oleh air mata Nata.

“K-kak, hh m-mereka jahat k-kak hks”

“Kak, g-gue salah apa sih kak?” G-gue— hks”

“Ssttt, lo gak salah apa-apa Nat, berhenti nyalahin diri lo sendiri” Kenzo masih tetap mengusap lembut punggung dan puncak kepala Nata yang masih bersandar di dadanya.

“Tujuan mereka apa kak? Mereka mau bikin gue hancur ya? Hks mereka benci sama gue? Hks, k-kenapa sih kak kenapa mereka ngelakuin itu? Hks”

“Sakit banget kak rasanya, dada gue sakit, kalo emang tujuan mereka buat hancurin gue berarti mereka udah berhasil kak, hks. Gue udah hancur, hati gue udah hancur kak hhh hks”

“Gue salah apa sih kak? S-salah apa?”

Kenzo hanya terdiam mendengar rengekan dan isakan Nata yang terus menyalahkan dirinya sneiri, dia tidak tahu harus berkata dan berbuat apalagi selain hanya bisa memberikan pelukan dan usapan untuk Nata agar lebih tenang.

“Kak Kenzo, gue gak punya siapa-siapa lagi kak”

“Ssst, enggak Nat. Lo masih punya gue, gue bakal selalu ada buat lo. Gue bakal disini bareng lo. Lo punya gue, Nat”


; markablee