Insiden 2.0
Zaffran membuang nafasnya kesal tatkala ia mendapat jawaban dari sang papa perihal ancamannya. Kini ia tak akan bermain-main lagi, dia akan mengeluarkan kartu as yang ia punya untuk menjatuhkan papanya. Zaffran kini sudah tidak peduli lagi, dirinya benar-benar di buat kecewa dan geram dengan sikap sang papa, apalagi papa nya kini sampai tega bermain-main dengan nyawa manusia dan berakhir melakukan percobaan mencelakai Nata, orang yang sangat ia cintai dan ingin ia lindungi.
Tak peduli jika memang nanti ia akan di cap sebagai anak durhaka. Karena nyatanya, kelakuan papa nya ini melebih kelakuan penjahat yang tidak patut dimaafkan. Bermain-main dengan perasaan orang lain, mencoba menghilangkan nyawa orang lain, dan memanfaatkan istri nya yang sakit untuk mengancam anaknya agar mengikuti semua perkataannya.
Zaffran kini sudah mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju tempat yang ia tuju. Dia berniat untuk menyebarkan perihal kasus-kasus yang dilakukan oleh Liandra Corps kepada media dan pihak yang berwenang, melaporkan semua penggelapan dana, suap, dan semua perusahaan fiktif milik Liandra.
Dia sadar betul perbuatannya ini jelas akan memberikan kerugian bagi perusahaan, dirinya dan juga keluarganya. Namun hanya ini cara satu-satunya yang bisa ia lakukan untuk menghentikan sang Papa. Perihal kehancuran keluarganya, ia tidak peduli. Toh, keluarganya memang sudah hancur sejak sang mama jatuh sakit dan sosok sang papa tidak lagi ia kenali.
Mobil Zaffran melaju perlahan saat ia melihat didepannya terdapat sebuah perempatan dengan traffic light yang menunjukan lampu kuning kemudian beberapa detik berganti menjadi lampu hijau yang menyala. Ia menambah kecepatan laju mobilnya hingga saat melewati perempatan itu hampir setengahnya, ia tak menyadari bahwa dari arah sebelah kanannya terdapat truk yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata menuju kearahnya.
Sepersekian detik berikutnya, truk itu dengan cepat menghantam sebelah kanan mobil Zaffran dengan keras hingga mobil Zaffran terseret sejauh 10 meter ke samping lalu berputar sampai pada akhirnya menabrak pembatas jalan.
Peristiwa itu terjadi dalam hitungan detik, Zaffran bahkan tidak dapat merasakan apapun saat itu. Telinganya berdenging dan hantaman truk tersebut seperti sebuah adegan slow motion di matanya. Dia dapat melihat jelas pecahan kaca yang berhambur keluar dan masuk ke dalam mobilnya. Dia bahkan dapat melihat pemandangan didepannya bergerak cepat memutar dan bahkan teriakan orang-orang disekitarnya yang memekik secara bersamaan.
Bersamaan dengan itu bayangan wajah Nata terlintas di benaknya, bagaimana wajah itu tersenyum cerah dihadapannya kemudian bayangan bagaimana gadis itu tertawa dengan mata sipitnya. Zaffran seketika tersenyum dengan mata mengerjap memandang bayangan itu sampai pada akhirnya semua bayangannya memutih dan dengungan telinganya semakin mengeras lalu setelah itu yang ia lihat hanya kegelapan bersamaan dengan dengungan yang perlahan menghilang bersamaan dengan kesadarannya.
“Mas Zaffran”
Zaffran mengerjap kala Ia mendengar namanya di panggil oleh suara yang sangat ia kenali. Perlahan kemudian dia membuka matanya. Di dapati dirinya berada di taman bunga dengan pemandangan wajah cantik Nata di atasnya.
Dia mengedarkan pandangannya, di dapati dirinya sedang tertidur nyaman di kedua paha Nata dengan Nata tersenyum lembut menatap Zaffran yang sedang mengerjapkan matanya.
Zaffran perlahan bangun. Di tatapnya sekali lagi sekelilingnya. Benar, ia sedang berada di taman bunga kali ini bersama Nata di hamparan rumput hijau yang dikelilingi bunga matahari di sekitarnya dengan beralaskan kain bercorak kotak berwarna cream dan berbagai makanan serta buah-buahan di sekitarnya.
Sosok cantik di hadapannya juga tak luput dari pandangannya, di tatapnya Nata yang sedang menatapnya dengan senyum merekah yang terlukis di wajah cantiknya. Zaffran enggan melepaskan pandangannya pada sosok perempuan yang amat ia cintai itu. Nata kini tampak terlihat cantik dengan balutan gaun putih dan rambut yang dia ikat setengah dan setengahnya lagi dia biarkan terurai menyentuh bahunya.
Zaffran meraih kedua pipi Nata menatapnya lamat
“Nata” Zaffran masih menatap lekat mata Nata tatkala ia memanggil namanya dengan sangat lirih, disertai pula semburat penyesalan dan mada kekecewaan di dalam suaranya.
“Nata, maafin aku” suaranya bergetar hampir terisak, sementara yang di tatap masih menyunggingkan senyum manis dan bahagianya. Zaffran tertunduk menyembunyikan isak dan air matanya.
“Nata, maaf. Maaf”
“Mas Zaffran kalau mau minta maaf. Minta maaf langsung”
Zaffran tertegun mendengar pernyataan Nata di tatap nya wajah lembut yang masih menampakan senyumnya di wajah cantiknya. Jujur saja, Zaffran saat ini tidak mengerti apa yang sedang Nata katakan.
Memang selama tidur tadi ia memimpikan mimpi yang buruk, mobilnya di hantam truk saat ia sedang menyetir dan ternyata ia membuka matanya dan mendapati dirinya sedang berada di taman indah ini bersama sang puan.
“Maksudnya?”
“Mas Zaffran harus bangun dulu buat minta maaf secara langsung sama aku”
“Bangun Mas”
Zaffran mulai membaca situasi nya lalu menggeleng ia menggenggam tangan Nata yang masih tersenyum itu erat kemudian mengecupnya berkali-kali.
“Enggak, aku gak mau bangun. Kamu masih marah sama aku disana, aku mau disini aja.”
Nata masih tersenyum dan menarik tangannya untuk ia lepaskan dari genggaman Zaffran kemudian mengusap puncak kepala Zaffran pelan lalu berpindah mengusap rahangnya pelan pula.
“Mas bangun ya”
; markablee