I'm sorry, I miss you

cw // mature content

Sudah terhitung enam hari Vallerie dan Haidan saling diam satu sama lain. Kendati sebenarnya tidak benar-benar mendiamkan, Haidan masih suka mencium Vallerie setiap ia bangun dari tidurnya atau setelah ia pulang dari kantor. Lelaki itu bahkan masih sering menanggapi pesan Vallerie meskipun tidak seintens biasanya.

Tujuan awalnya memang ingin memberikan Vallerie ruang untuk berpikir. Setelah kejadian ributnya dengan Vallerie tempo lalu. Haidan memang tidak mengajak Vallerie berbicara selepas pulang dari kantor, lelaki itu hanya menghampiri istrinya untuk mencium keningnya dan setelah itu langsung melengos pergi begitu saja meninggalkan Vallerie. Bukan salahnya, Haidan pun tak berani menyapa manakala ia melihat amarah yang masih terpatri jelas pada wajah Vallerie kala ia menghampirinya, Haidan tak enak hati. Sebenarnya ia tidak bermaksud mendiamkan Vallerie hingga hampir satu minggu, sebenarnya pula Vallerie juga ikut andil sebagai penyebab perang dingin di antara mereka berdua.

Vallerie sadar betul bahwa dirinyalah yang sepenuhnya salah, gadis itu tak menyangkal kalau ucapannya tempo lalu jelas sangat kasar dan menyakitkan. Vallerie benar-benar tidak berpikir dua kali saat mengetikkan kata-kata menyakitkan itu, dia bahkan tidak memikirkan keadaan Haidan waktu itu apakah sedang baik atau tidak. Gadis itu banyak merenung selama seminggu ini. Vallerie tahu betul Haidan akan selalu memprioritaskan dirinya dari apapun, Haidan lebih sering mengiyakan semua permintaannya daripada mengatakan tidak. Haidan tidak pernah menolak apapun yang diinginkan Vallerie, lelaki itu benar-benar menomorsatukan Vallerie lebih dari apapun.

Vallerie sudah berdiri di depan pintu ruang kerja Haidan hampir sepuluh menit. Gadis itu berulang kali menarik ulur tangannya ragu ingin membuka pintu itu atau tidak. Kendati Vallerie tahu Haidan sudah tidak marah kepadanya, namun rasa takut dan cemas itu masih bersarang pada benaknya. Vallerie tak enak hati, gadis itu tidak berani menatap Haidan bahkan sedetik sebab rasa bersalahnya.

Manakala rindu di dalam dadanya sudah membuncah dan hampir tumpah ruah hingga mengalahkan egonya, Vallerie lantas memutar kenop pintu ruang kerja Haidan dan melangkahkan kaki memasukinya. Didapatinya Haidan yang tengah sibuk dengan komputernya, lelaki itu sepertinya bahkan tidak sadar akan kehadiran Vallerie.

Vallerie menghela napas lemah manakala ia melihat wajah Haidan yang sarat akan rasa lelah. lelaki itu terus saja bekerja tak kenal waktu. Entah apa yang dikerjakan, Vallerie bahkan tidak tahu.

Vallerie melangkah mendekati Haidan perlahan. Kedua tangannya mengepal berusaha mengusir segala takut dan cemas yang timbul. Gadis itu kembali menghela napas kala langkahnya semakin mendekati Haidan.

“Haidan.”

Dengan penuh keraguan Vallerie memanggil Haidan. Suaranya bahkan pelan bukan main, Vallerie menunduk tak berani menatap obsidian sang suami. Haidan kemudian menoleh, ia menjauhkan tubuhnya dari komputer di hadapannya sebelum lantas menatap Vallerie yang masih menunduk di hadapannya.

“Cari apa di bawah?”

Vallerie sedikit tersentak, ia tak mengalihkan pandangannya ataupun menjawab Haidan. Gadis itu masih menunduk takut.

“Vallerie.”

“Maaf.”

Haidan kemudian menghela napas, tangannya terulur melepas kacamata yang bertengger di hidungnya dan melemparnya ke meja.

“Liat sini coba.”

Vallerie mendongak ia menatap obsidian Haidan dengan penuh rasa bersalah. “Mana yang katanya mau kasih cium banyak? Sini,” ucap Haidan lembut.

Lantas tangannya menarik pelan Vallerie untuk mendekatinya. Ia tuntun Vallerie untuk duduk di pangkuannya, netranya tak lepas dari presensi Vallerie yang masih diam membisu.

Sepersekian detik kemudian Haidan tersenyum, ia usap rambut Vallerie perlahan dan menyelipkannya di belakang telinga gadis itu.

“Udah nggak kesel?”

Vallerie menggeleng mendengar pertanyaan Haidan, gadis itu lantas melingkarkan kedua tangannya pada leher Haidan dan menyembunyikan wajahnya pada ceruk lelaki itu. “Harusnya aku yang nanya gitu, kamu udah nggak marah sama aku?”

“Nggak ada yang marah.”

“Tapi kamu diemin aku.”

“Aku cuma ngasih kamu ruang.”

Vallerie menegakkan tubuhnya menatap Haidan lekat, tak ada jarak di antara keduanya. Dia bahkan bisa merasakan deru napas Haidan yang mengenai wajahnya.

“Maaf aku kasar waktu itu. Itu hari pertama aku dan kamu tau sendiri aku gimana tiap red days. Aku juga nggak ngertiin kamu yang lagi pusing sama kerjaan. Harusnya aku nggak kayak gitu, maaf.”

Tangan Haidan lantas terulur mengusap wajah Vallerie lembut. Dirinya memang sempat kesal perihal sikap Vallerie yang seenaknya tempo lalu, tapi kesalnya hanya sesaat. Tidak ada sehari, kesal Haidan sudah menguap dan berubah menjadi rindu. Haidan mana bisa marah lama-lama pada Vallerie. Cintanya sangat besar sampai bisa menekan ego dan amarahnya kuat-kuat.

“Aku juga minta maaf sempet kesel sama kamu, hari itu semua kerjaanku lagi berantakan. Karyawan nggak ada yang bener dan berujung aku yang selesain semua. Meeting sama vendor juga gagal, maaf karena ngelampiasin marahnya aku ke kamu.”

Wajah Vallerie memelas, gadis itu memajukan bibir bawahnya sedih. Ia lantas kembali merengkuh Haidan erat, “Maaf aku nggak tau hari kamu seberat itu.”

Haidan menggeleng tenang, “Udah berlalu juga.”

Vallerie kembali menarik tubuhnya, ia tatap Haidan dengan muka cemberut, “Jangan diemin aku lagi,” ucap Vallerie sambil memukul pelan dada Haidan.

Haidan terkekeh geli, ia raih tangan Vallerie untuk ia genggam. “Aku nggak diemin kamu dibilang. Waktu itu aku ngerasa kamu perlu waktu karena lagi marah.”

“Ya tapi nggak selama ini, aku kan jadi kangen.”

Haidan lantas tergelak mendengar istrinya merajuk. Ia lingkarkan kedua tangannya pada pinggang Vallerie kemudian menarik tubuh gadis itu agar semakin mendekat dengannya.

“Aku kira kamu masih marah, maaf.”

“Jangan minta maaf lagi atau aku marah beneran.”

Haidan masih setia dengan kekehannya, lelaki itu menggesekan hidungnya dengan hidung Vallerie gemas. Tingkah manja Vallerie adalah kelemahan Haidan, bagaimana mungkin Haidan bisa benar-benar marah jika istrinya sangat menggemaskan seperti ini?

I miss you.”

I miss you too, a lot.”

Lantas Haidan mendekatkan wajahnya, mencium kedua pipi Vallerie sembari tersenyum, “Kangen ini.”

Ciumannya beralih pada birai merah muda Vallerie yang menyunggingkan senyum manis, sontak Vallerie membalas kecupan singkat itu dengan senyum pula. “Kangen ini juga.”

Vallerie terkekeh, ia kembali dekatkan wajahnya pada Haidan mengecup birai lelakinya itu secara singkat dan berulang. “Ini cium banyak.”

Ada gelak tawa diantara kecupan-kecupan singkat mereka. Atmosfir hangat yang tercipta seakan mengumandangkan semua kelegaan dan kerinduan mereka berdua.

“Cium yang lamanya mana?” Vallerie tergelak mendengar pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Haidan. Perlahan kecupan-kecupan ringan itu berganti dengan sebuah lumatan di antara keduanya. Mereka berdua saling menginvasi satu sama lain, merayakan segala kerinduan yang sudah di ujung tanduk yang digantikan dengan satu cumbuan hangat. Haidan bahkan mempererat rengkuhannya pada pinggang Vallerie. Ia dekatkan tubuh gadisnya hingga tak ada jarak lagi yang tersisa di antara keduanya.

Vallerie tersenyum di tengah kegiatannya bersama Haidan, kedua tangannya yang melingkar pada tengkuk Haidan tidak tinggal diam. Ia mengusap salah satu kelemahan Haidan dengan lembut dan seduktif hingga membuat lelaki itu mengeraskan rahangnya.

Haidan tak mau kalah, tangannya menelusup masuk melewati kain satin piyama Vallerie dan mengusap pinggang polos Vallerie dengan gerakan melingkar.

Lenguhan Vallerie mengudara manakala ia merasakan tangan Haidan semakin menginvasi tubuhnya dan berpindah pada bagian perutnya. Vallerie menggeliat di atas pangkuan Haidan hingga membuat Haidan melenguh kala ia merasakan miliknya bergesekan dengan milik Vallerie yang masih berbalut kain.

Wanna see your tattoo so bad,” Haidan berbisik tepat di telinga kanan Vallerie dengan suara beratnya sesaat setelah ia melepaskan tautannya pada sang gadis. Napas Vallerie tersengal, aliran darahnya tiba-tiba mengalir deras manakala ia mendengar satu permintaan Haidan. Sebuah permintaan dengan kode rahasia yang selalu ia ucapkan tiap kali Haidan menginginkan Vallerie di malam panjangnya.

Vallerie mengusap kembali tengkuk Haidan dan beralih menuju wajahnya, “Mandi dulu.”

Lantas keduanya beranjak, Haidan mengangkat tubuh Vallerie agar tetap dalam rengkuhannya. Vallerie tersentak kaget dengan kaki yang otomatis melingkar kuat pada pinggul Haidan.

“Haidan!”

Lelaki itu tersenyum jahil mendengar jeritan tertahan Vallerie, ia majukan wajahnya untuk kembali mencium birai kesukaannya. Mereka berdua berjalan menuju kamar dengan Vallerie yang berada dalam gendongan Haidan sambil menautkan lidah satu sama lain.

Ada satu kelegaan dalam diri Vallerie manakala ia merasakan punggungnya merebah di atas kasurnya. Gadis itu tersenyum menatap Haidan yang berada di atasnya.

May I?” tanya Haidan lirih sembari menatap Vallerie lekat.

Vallerie mengangguk sebelum kemudian mengusap rahang tegas milik Haidan, “Nggak mandi dulu?”

Haidan menggeleng sebelum kemudian membawa wajahnya pada ceruk leher Vallerie. “Nanti kotor lagi, sekalian aja.”

Vallerie kontan melenguh kala ia merasa ceruk lehernya dihisap oleh Haidan. Gadis itu mendongak memberikan akses pada Haidan untuk menginvasi seluruh lehernya.

Tangan Haidan beralih menuju tali kain satin yang melapisi tubuh Vallerie. Ia turunkan tali itu hingga bahu putih Vallerie terkespos sempurna. Vallerie melenguh lagi, kontan tangannya menahan bahu Haidan agar berhenti, “Sebentar, sayang dibuka dulu.”

Haidan menaikan satu alisnya dan lantas menjauh dari Vallerie. “You need help?”

Sure babe, please take it off for me.”

Haidan lantas membuka piyama Vallerie dengan tenang, Haidan selalu tidak mau melakukannya dengan tergesa. Ia ingin menikmati semua waktu intimnya bersama Vallerie dengan baik, ia ingin menikmati tiap-tiap malam nikmatnya bersama Vallerie setiap menit bahkan setiap detik.

Sepersekian detik kemudian lenguhan Vallerie kembali mengudara dan memenuhi rungu Haidan manakala ia mencumbu rakus buah dada Vallerie seduktif. Tangan Haidan mengusap lembut permata kecil berwarna biru yang bermuara di antara buah dada Vallerie, bagian yang tidak pernah ia lewatkan barang sedetik tiap kali ia menyentuh Vallerie. Bagian yang membuat darahnya seketika berdesir tiap kali ia melihat ukiran itu. Vallerie benar-benar mengukir Haidan di dadanya.

“Haidan ….”

“Hm?”

Your touch is so insane.”

Haidan tersenyum miring kala mendengar pujian yang dilontarkan Vallerie di tengah lenguhannya. Lelaki itu menatap lekat Vallerie, tangan masih menjamah tiap-tiap lekuk tubuh wanitanya. Tidak ada seincipun tubuh Vallerie yang terlewat dari sentuhan Haidan. Bak pengembara ulung, lelaki itu bahkan sudah hafal betul bagian-bagian sensitif Vallerie, ia bahkan bisa menyentuhnya sambil menutup mata.

Haidan mengecup buah dada Vallerie lembut, sesekali menghisapnya hingga menimbulkan bercak kepemilikan yang berwarna ungu di atas kulit putih polos Vallerie.

Ada rasa gemelitik yang tak terelakkan oleh Vallerie manakala ia merasakan bibir Haidan semakin turun menjamah seluruh tiap-tiap inci tubuhnya. Vallerie menggeliat resah. Desahannya sudah memenuhi seluruh ruang kamarnya. Hawa panas makin ia rasakan tiap kali Haidan menyentuh dirinya.

“Oh, Haidan ….”

Tidak ada seorangpun yang berhasil membuat Vallerie segila ini, kecuali Haidan Geza Lazuardi.

Haidan please ….”

Vallerie semakin menggeliat tatkala ia merasakan cuman Haidan telah sampai pada pangkal pahanya. Gadis itu meremang, merintih untuk kesekian kalinya sebab nafsu yang sudah menguap hingga ke ubun-ubun.

“Apa?”

Fuck me right now.”

Don't be in a rush, babe.”

No, Haidan please, I miss you so bad. I miss how your dick inside my hole so fucking bad, fuck me now.”

Vallerie merintih lagi, untuk saat ini gadis itu akan memberi makan nafsunya tak peduli apapun. Yang ia inginkan hanya Haidan seutuhnya.

“Udah nggak sabar?” Haidan lantas tergelak. Vallerie memukul dada Haidan sedikit agak keras hingga membuat lelaki itu meringis.

I miss you so bad, Haidan,” rengek Vallerie. Haidan terkekeh. Ia lantas bangkit menjauhi Vallerie. Tubuhnya setengah berdiri di antara paha Vallerie. Tangan Haidan terulur membuka tiap-tiap kancing kemejanya perlahan hingga ke bawah.

Vallerie menggigit bibir bawahnya menyaksikan kegiatan yang dilakukan Haidan dari bawah.

Tidak ada yang bisa membuat Vallerie hilang kewarasan selain Haidan Geza Lazuardi.

I miss you too.”

Haidan lantas kembali menautkan birainya dengan birai merah muda milik Vallerie. Tautan itu disambut hangat oleh Vallerie, dengan senang hati gadis itu membalas cumbuan Haidan. Mereka kembali menginvasi satu sama lain. Memberikan jutaan afeksi dengan berbagai sentuh dan cumbu.

Ready?”

Tangan kekar Haidan mengusap pangkal paha Vallerie seduktif. Vallerie mengangguk tanpa ragu. Haidan kemudian mengecup paha Vallerie sensual sebelum ia bawa untuk ia sampirkan di atas pundaknya.

Tidak ada kenikmatan mutlak yang dapat Vallerie rasakan kecuali nikmat yang diberikan Haidan.

Mereka berdua melenguh manakala merasakan inti tubuh mereka menyatu dalam satu hentak. Desah Vallerie mengudara kala ia merasakan urat-urat yang mencuat dari kejantanan Haidan seakan menggaruk dinding kewanitaannya.

Haidan dengan segala kenikmatan yang ia persembahkan pada Vallerie.

Bagi Vallerie, tidak ada yang tidak menarik dari seorang Haidan Geza Lazuardi. Bahkan desah dan geram yang keluar dari mulutnya mampu membuat Vallerie meremang. Deru napas berat milik Haidan pun adalah sebuah hal yang menarik Vallerie untuk selalu menginginkan sentuhan-sentuhan itu.

Move?”

Move.”

Lantas Haidan menggerakkan pelan pinggulnya, memberikan sensasi menyengat pada tubuh Vallerie hingga membuat gadis itu merintih. Tangan Haidan terkadang mengelus paha Vallerie yang berada di atas pundaknya. Terkadang meremas buah dada Vallerie yang bergoyang akibat hentakan pinggulnya.

Damn, Haidan It feels good.”

Vallerie sudah tidak peduli lagi, ia mendesah dan menyebutkan nama Haidan keras-keras manakala ia merasakan tempo Haidan semakin meningkat cepat. Vallerie menyerukan nama Haidan berulang dengan napas tersendat dan terputus-putus.

Pretty, pretty Vallerie is insane.” “Fuck, it's so tight, argh.”

Haidan ... please… please ….”

Haidan memperlambat gerakannya, ia mengeluarkan kejantannya dalam inti Vallerie sebagian kemudian menghentakkannya dengan keras dan memutar, begitu ia lakukan berulang kali hingga membuat Vallerie merengek sampai hampir menitikan air mata.

I'm so in love with you Vallerie.”

“Ah, Haidan … please ….”

Is it good?”

Vallerie hanya bisa menggeleng dan mengangguk menjawab Haidan. Tidak ada satu katapun yang mampu keluar dari mulut Vallerie selain desah resah dan lenguhan nikmat yang ia keluarkan.

Answer me, sayang.”

Haidan masih mempertahankan temponya yang lambat namun kuat. Vallerie menelan salivanya kasar, tenggorokannya terasa sangat kering saat ini sebab Vallerie terus merintih, berteriak akibat perbuatan Haidan. desahannya masih mengudara saat ia menjawab pertanyaan Haidan dengan susah payah.

It's so good as always, too fucking good.”

Haidan tersenyum miring, ia naikan temponya membuat Vallerie makin menyerukan namanya nyaring.

“Haidan!”

“Oh, Vallerie.”

Haidan menggeram manakala ia merasakan otot-otot vagina Vallerie mengetat menjepit kejantannya.

Desah dan lenguhan saling bersahutan di antara keduanya kini semakin mengudara. Haidan menaikan ritmenya kian cepat demi mencapai sebuah pelepasan. Vallerie menggeliat di bawah tak kuasa menahan gejolak yang seakan dapat meledak kapanpun.

Haidan it's almost cum.”

Wait for me.”

Vallerie melenguh lagi manakala ia harus menahan pelepasannya demi Haidan.

“Ah, Haidannn.” Vallerie nyaris menjerita kala ia merasakan gerakan Haidan kian cepat dan acak.

Haidan menggeram, tangannya terulur menstimulasi buah dada Vallerie seduktif. Desah mereka semakin tak terelakan dan tak terkendali.

“Ah— Vallerie sayang.”

“Ah—ah Haidan.”

Vallerie mengejang, otot vaginanya seakan berkontraksi kuat makanala ia merasa hujaman yang diberikan Haidan yang semakin dalam hingga menyentuh titik sensitifnya.

Let's cum with me, Vallerie.

Lantas Haidan kembali mencium Vallerie dengan tamak, menyalurkan segala perasaan yang ada, temponya semakin tak terkendali dan tak beraturan. Desahan mereka semakin keras bersahut-sahutan. Vallerie merintih, tubuhnya bergetar hebat saat ia rasakan kejantanan Haidan semakin menusuk dan merojok miliknya hingga ke titik terdalam.

Haidan menggeram, merasakan tiap gesekan yang menciptakan satu kenikmatan luar biasa.

Fuck, Haidan i can't wait anymore!”

Tubuh Valerie menegang dan bergetar hebat kala ia merasa cairan di dalam intinya meledak hingga meluber sampai ke pangkal pahanya. Dada Vallerie naik turun terengah seusai orgasme luar biasa yang ia rasakan, namun Haidan tak juga menghentikan gerakannya, lelaki itu justru semakin brutal dan tak terkendali.

“Oh, Haidan please.”

Almost, it's almost.” “Fuck, Vallerie!

Haidan menggeram manakala ia merasa kejantanannya menegang dan mengejang kuat, menyemburkan pelepasannya ke dalam rahim Vallerie dalam tiga hentakan kuat.

“Ah— sayang.”

Vallerie kembali melenguh tatkala merasakan hangat yang menyebar di dalam dinding rahimnya.Gadis itu terkulai lemah, ia memejam dengan Haidan yang masih memeluknya di atasnya.

So amazing.” “Thank you, I love you so much.”

Haidan berbisik sebelum kemudian membubuhkan kecupan-kecupan ringan pada seluruh wajah Vallerie.

Sementara Vallerie yang sudah tidak bertenaga hanya tersenyum tak menjawab Haidan. Ia melenguh pelan kala merasakan Haidan mencabut miliknya.

“Mandi?”

“Bareng.”

Haidan mengangguk sambil tersenyum, ia lantas bangkit. Dengan tubuh polosnya angkat Vallerie dan menggendongnya menuju kamar mandi mereka.